STHIRAM SUKHAM ASANAM
Oleh: I Nyoman Ariyoga
“OM
SWASTYASTU”
Ajaran Yoga merupakan salah satu
inti sari dari ajaran agama Hindu dimana ajaran yoga ini memudahkan seorang
bakta untuk menyatukan diri dengan Tuhan. Dengan belajar yoga seseorang yang melakukan
sadhana dengan baik akan mendapatkan manfaat yang luar biasa dalam hidupnya,
karena yoga merupakan salah satu cara untuk berkonsentrasi, penenangan ,
pemujaan dan lain sebagainya.
Filsafat Yoga sudah dikenal di
Indonesia sejak berabad-abad yang lalu. Dimana ajaran Yoga ini disebarkan oleh
para bakta atau para yogi dari India datang ke Indonesia dalam usahanya
menyebarluaskan ajaran Veda kepada dunia. Salah satu bukti orientik ajaran yoga
ini berkembang di Indonesia kita dapat temukan dalam naskah-naskah kekawin
Arjuna Wiwaha, Sutasoma, Wraspati Tattw, Siwa Tattwa, Ghanapati Tattwa dan
mungkin masih banyak lagi naskah-naskah peningalan dari agama Hindu yang
mengajarkan ajaran Yoga.
Yoga merupakan bagian dari filsafat
Hindu yaitu Sad Darsana yang merupakan enam sudut pandang atau pengamatan
manusia mengenai keyakinanya kepada Tuhan dan alam semesta ini. Ajaran Yoga
merupakan bagian ke-4 dari filsafat Darsana. Dimana filsafat yoga ini mempunyai
hubungan yang erat dengan filsafat Samkya. Dimana filsafat Samkya memberikan
kajian metafisika mengenai prinsif-prinsif alam semesta ini sedangkan filsafat
Yoga memberikan prakteknya.
Pada dasarnya Yoga menerima 25
prinsif atau tattwa dari Samkya dengan memberikan konsep Tuhan atau Iswara
menjadi 26 tattwa. Yang terutama dalam filsafat Yoga ini adalah cara yang
paling ampuh untuk mencapai pengertian pengetahuan tanpa diskriminasi yang
menjadi pegangan dalam filsafat Sankhya sebagai kondisi jiwa untuk mencapai
kelepasan. Dimana ke-25 prinsif dari filsafat Sankhya yang diterima oleh
filsafat Yoga adalah sebagai berikut :
·
Purusa, Prakerti : 2
·
Budi, Manah, Ahamkara : 3
·
Panca Budhi Indriya : 5
·
Panca Karmendriya : 5
·
Panca Tan Matra : 5
·
Panca Maha Bhuta : 5
Dari ke-25 prinsif ini aliran Yoga mempergunakan alat-alat
prinsif yang sama untuk mencapai yang benar dan sah.adapun prinsif-prinsif yang
dimaksud dibagi dalam 5 (lima) kelompok.
Kelompok pertama
mempergunakan :
a. Kesadaran,
kesimpulan, dan kata atau Sabda
b. Pelaksanaan
yoga adalah alat untuk mencapai perbedaan antara jiwa dan badan jasmani,
pikiran dan panca indriya sebagai suatu kondisi untuk mencapai kelepasan.
c. Orang
harus memiliki nurani suci dan pikiran tenang. Yoga adalah pensucian jiwa dari
proses pensucian dan badan jasmani. Yoga adalah jalan praktis untuk mencapai
kelepasan.
d. Jiwa
adalah diluar peristiwa badan jasmani dan pikiran, di atas dosa, suka, duka,
derita, kenikmatan, kematian dan kehancuran.
e. Perubahan
modifikasi jiwa
-
Menurut filsafat Sankhya
perubahan modifikasi aliran jiwa dapat dicapai dengan pengetahuan, pengertian,
studi, pemikiran serta meditasi tentang kebenaran.
-
Menurut filsafat Yoga
perubahan modifikasi jiwa dapat dicapai dengan metode pensucian jiwa,
menenangkan pikiran serta studi serta Samadhi untuk membedakan jiwa dengan
badan jasmani dan pikiran.
Tercapainya perubahan modifikasi jiwa ini oleh kedua
aliran ini baik Sankhya maupun Yoga
dalah merupakan jalan yang sah untuk mencapai kelepasan jiwa atau mukti, moksa.
Kelompok ke-2 (dua)
mempergunakan proses melalui:
a. Pengertiann,
kesadaran yang diperoleh dari persepsi, penglihatan, kesimpulan dan ucapan atau
sabda yang diakui sebagai pengetahuan kebenaran atau Pramana.
b. Pengertian,
kesadaran yang salah atau palsu, termasuk kira-kira, keragu-raguan, dalih dan
dugaan adalah Viparyaya
c. Pengertian,
kesadaran yang didasarkan atas gagasan yang disampaikan secara lisan adalah
Vikalpa
d. Sikap
mental yang dikuasai oleh kemalasan, rasa kantuk, dan masa bodo adalah Nidra
e. Pengertuan,
kesadaran yang didasarkan atas ingatan
pada pengalaman masa lampau adalah Smrti
Dalam hal ini jiwa mengalami perubahan secara semu,
berada di atas Citta dan Vritti dimana jiwa sepertinya kelihatan namun hanya
merupakan repleksi, ibarat bayangan dalam cermin.
(Nyoman. S Pendit. Sad Darsana, 2007 : 111)
A.
Pengertian
Yoga
Sujud sembah kepada Maha Rsi Sri Patanjali yang
memberikan penjelasan tentang sistem filsafat Raja yoga, yang mensisteminasi
aliran filsafat yoga untuk pertama kalinya, didalam pustaka “Yoga Sutra” yang
merupakan naskah dasarnya. Kata Yoga berasal dari bahasa Sansekerta yaitu akar
kata “yuj” yang artinya menghubungkan atau menyatukan. Secara horizontal berarti menyatukan tubuh dengan pikiran jiwa kita dalam keselarasan yang alami. Sedangkan secara vertikal berarti menghubungkan
atau menyatukan kesadaran diri kita dengan Tuhan. Spirit individu atau
jiwatman dengan spirit
universal atau paramatman. Yoga
merupakan aktifitas pengendalian pikiran dan merupakan penyatuan roh pribadi
dengan roh tertinggi.
Yoga
yang didirikan oleh maharsi Patanjali merupakan cabang atau tambahan dari
filsafat Samkya. Ia mempunyai daya tarik tersendiri bagi para murid yang
memiliki tempramen mistis dan perenungan. Ajran yoga menyatakan bersifat lebih
orthodox dari pada filsafat Samkya karena secara langsung mengakui keberadaan
dari Mahluk Tertinggi atau Iswara. Tuhan menurut Rsi Patanjali adalah Purusa
istimewa atau roh khusus yang tak terpengaruh oleh kemalangan kerja, hasil yang
diperoleh dan cara memperolehnya. Padanya merupakan batas tertinggi dari benih
kemahatahuan, yang tanpa terkondisikan oleh waktu, merupakan guru bijak bagi
jaman dahulu. Dia bebas selamanya.
(Inti Sari
Ajaran Agama Hindu, 2003 : 204)
Dalam
arti kebatinan Yoga adalah jalan atau prosesnya dalam melakukan sadhana, yang
membawa semangat manusia berdekatan dan persatuan sadar dengan semangat suci
atau peninggalan jiwatman dengan paramatman. Kalau angapan semangat manusia
bersatu dengan semangat suci ditetapkan, yoga itulah jalanya untuk menyadarkan
seorang calon rohaniawan, akan perwujudanya Jiwatman dengan Paramatman atau
jiwa manusia dengan jiwa alam semesta. Dengan demikian dapat didasarkan, oleh
semangatnya menembus tabirnya maya, yang tertutup oleh cipta dan benda,
sehingga pengetahuan yang sejati atau tuhann, tidak dapat dikenalnya. Untuk
mengenal pengetahuan ini dapat dicapai dengan jalan yoga yang membebaskan manusia
dari ikatan maya
Gherandha
Samhitha menyatakan bahwa ”Tidak ada ikatan yang begitu kuat seperti Maya” dan tidak ada kekuatan yang lebih besar dari
pada yoga, untuk membasmi ikatan itu”. Dari sudut filsafat Advaita atau pendiri
tunggal, yoga dalam arti peninggalan yang terakhir , tidak dapat mencocoki
dengan pendiri yang berarti persatuan dengan yang serba dua, semangat Tuhan
terlampau dan makan, makanan yang enak, pergi bertamasya, boleh jadi dikatakan
oleh orang yang paling terikat. Apa yang ada padanya, tubuhnya sendiri mungkin
merupakan satu-satunya ikatan yang paling hebat baginya, dan hidupnya hanya
berjuang untuk kepentingan badanya saja.
(Wraspati Tattwa, 1998 : 22) Menyatakan
Vairagya atau ketidak terikatan atau kelepasan nafsu merupakan titik yang
terpenting dalam semua bentuk Yoga. Keterikatan disini antara lain tidak
terikat terhadap kesenangan, baik yang dilihat maupun yang didengar, pada badan
yang sehat dinamakan Vairagya. Ketidak senangan kepada yoga tidak berarti
ketidak terikatan. Arti sebenarnya adalah orang yang tidak senang kepada yoga
bukan yogin melainkan orang yang menganut Vairagya. Ada kesenangan yang dilihat
seperti halnya raja yang berkuasa, ada kesenangan dari yang didengar, seperti
khayangan, yaitu tempat para Dewa. Kesenangan seperti itu, yang dilihat maupun
yang didengar tidak diinginkanya. Bahkan menjadi rajapun ia tidak ingin. Lepas
dari semua keinginan seperti itu dinamakan Vairagya.
Komentar
Bhagawad Gita tentang yoga adalah “suatu perasaan yang bebas dari rasa sedih
dan penderitaan”. Dalam Bhagawad Gita dan Kitab Upanisad menyatakan “Jiwa dalam kondisi dosa dan keduniawian adalah
disebabkan karena hidup terpisah dan terasing dari roh tertinggi”. Kebebasan
dapat diperoleh dengan cara melaksanakan yoga yang dimana di dalam Bhagawad
Gita merupakan kitab petunjuk yang praktis melaksanakan yoga. Dimana Jiwa yang
terasing dan terpisah dari roh yang tertinggi ini dapat menyatu kembali dengan
melaksanakan ajaran yoga. Dan untuk menaklukan sifat jahat dalam diri kita di
anjurkan untuk melaksanakan yoga dengan baik dan dengan penuh kepercayaan dan
ketaan.
Terpisahnya
jiwa kita dengan jiwa yang langeng atau Paramatma, dan terbebasnya jiwa kita
dengan Tuhan adalah disebabkan oleh ketidak tekunan kita yang dibungkus
rapat-rapat oleh keakuan kita sendiri. Hal ini harus kita sadari dan
satu-satunya jalan untuk mencapai kesadaran tersebut adalah Yoga. Agama Hindu
mengakui berbagai jalan yang benar yang utama atau mulia yang hendak di tempuh
bersatu dengan Tuhan. Ini tiada lain jalan utama yang dimaksudkan oleh Para Rsi
kita adalah Yoga. Kulminasi atau kesadaran akan puncak tertinggi dari jalan
yoga ini tiba pada suatu titik, menurut pernyataan Sri Krsna dalam Bhagawad
Gita IX.31. bahwa “Dengan segera ia menjadi orang berjiwa kebenaran dan
mencapai kebenaran kekal abadi; ketahuilah wahai putra Kunti, dengan pasti
penganut-penganut tidak akan termusnahkan, yang mengantar orang ketujuan yang
tertinggi bersatu dengan Tuhan” .
Agar
terlepasnya penderitaan dan dosa dalam hidup ini harus mencapai penyatuan
spiritual. Bersatunya Jiwatman dengan Paramatman adalah indentik dengan
penyatuan internal. Untuk mencapai sadhana yang tinggi itu juga perlu didukung
dengan faktor psikologis manusia yaitu kebahagiaan. Kebahagiaan adalah suatu
cita-cita manusia hidup di dunia. Tidak satupun manusia hidup tidak mempunyai
cita-cita. Hakekat kebahagiaan itu dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu:
a.
Kebahagiaan duniawi atau ragawi yang terdiri dari
Bhoga yaitu kecukupan akan makanan dan minuman. Upabhoga yaitu tempat tinggal
yang layak, dan Paribhoga mempunyai istri atau pasangan hidup.
b.
Kebahagiaan rohani atau spiritual adalah suatu wujud
kesadaran tertinggi dimana selalu dalam keadaan tenang, kebahagiaan, kejujuran,
kebebasan, kelembutan, kehalusan dan keindahan.
c.
Kebahagiaan ragawi dan rohani adalah suatu penyatuan
keseimbangan antara pikiran dan badan dimana selalu adanya kesetabilan yang
terjaga dengan baik. Dan selalu mengembangkan tatanan kehidupan sehari-hari
yang seyogyanya senan tiasa melaksanakan Panca Pilar hidup yang terdiri dari
Satya, Dharma, Prema, Santi, dan Ahimsa.
Menurut rsi patanjali dalam yoga
sutra dimana memberikan upaya spiritual
mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan melalui pengendalian tubuh,
indra-indra dan pikiran serta melalui perbedaan atau Viveka.
Menurut
GD Prama Cara Sederhana
untuk Bahagia (2008-07-14 14:42:44) Setiap orang pasti menginginkan hidupnya
bahagia. Namun, bagi sebagian orang, kebahagiaan terkadang tak kunjung
menghampiri, sehingga terasa "mahal." Padahal, menurut Gde Prama dalam
seminar tentang “The starting point of
beauty and happiness” kebahagiaan dapat diraih dengan beberapa cara
mudah:
a.
Kebahagian
sejati bukan berasal dari luar, melainkan ada di dalam diri kita sendiri.
Belajarlah menerima diri Anda apa
adanya, sehingga Anda bisa merasakan kebahagian yang sesungguhnya.
b.
Stop
membandingkan diri dengan orang lain. Setiap manusia dilahirkan dengan keunikan
dan kelebihan sendiri. Dan tidak ada kehidupan yang lebih baik, selain bisa
menjadi diri sendiri.
c.
Belajarlah memberi dengan rasa ikhlas. Jangan bebani
hidup dengan imbalan, karena hanya akan mendatangkan kekecewaan jika Anda tak
mendapatkannya. Anda bisa memulainya dengan hal-hal sederhana, misalnya selalu
tersenyum atau memperhatikan orang-orang di sekeliling, sehingga orang-orang
pun akan merasa nyaman berada di dekat Anda.
d.
Pandanglah setiap kesulitan dengan cara yang
positif. Ini akan mendatangkan keindahan dan kebahagiaan. Semakin mampu
menanggulagi kesulitan, Anda akan tampak semakin "bercahaya" dengan
kekuatan yang Anda miliki.
e.
Jangan mematok hidup terlalu tinggi. Ketahuilah
batasan kemampuan Anda, dan Anda akan merasa menjadi manusia yang lebih
sempurna dan berarti.
f.
Jauhkan diri dari ketakutan, dekatkan diri pada
Tuhan. Nikmati dan cintailah hal-hal kecil di sekeliling Anda yang dapat
mendatangkan kebahagiaan, seperti mendengarkan suara burung di pagi hari atau
bersenandung.
B.
Yogas
Citta Vrtti Nirodhah
Di
dalam Yoga Sutra Rsi Patanjali menyebutkan
“Yogas Citta Vrtti Nirodhah” artinya Yoga adalah membatasi, penghentian gerak
gelombang pikiran. Dari pengertian sutra ini member petunjuk bahwa Vrtti atau
gelombang-gelombang pikiran harus dikendalikan. Pikiran, karena fluktuasinya
dapat mengaburkan pikiran itu sendiri dimana yang sebenarnya pikiran itu
bersifat tenang, seimbang dan terpokus. Para yoga memberikan komentarnya
tentang ajaran yoga bahwa kegiatan mengendalikan pikiran itu sebagai danau dan
atma sebagai dasar danau itu. Bila air danau tidak henti-hentinya menghempas-hempas
maka dasar danau itu atau Sang Pribadi atau Jiwatman tidak akan dapat
dikendalikan karena airnya menjadi keruh. Dari itu Yoga memberikan petunjuk
teknis, mengajarkan ilmu pengetahuan cara mengendalikan diri untuk menjernihkan
pikiran serta membebaskan dari belenggu suku-suku di dalam hidup di dunia maya
ini. pengendalian diri yang dimaksud dalam yoga ini adalah pengendalian diri
yang dilakukan secara terus menerus bukan sementara waktu, perubahan itu untuk
mengarahkan pikiran bersatu dengan Tuhan. Dengan demikian ajaran yoga adalah
untuk mereka yang mengabdikan dirinya demi persatuan, ajaran yoga dilaksanakan
secara sungguh-sungguh disiplin yang di ajarkan. Seseorang yang telah dapat dan
berhasil melaksanakan ajaran yoga dengan sungguh-sungguh diberi gelar atau
sebutan nama seorang “Yoga atau Yogin” . Cita merupakan pikiran, Vrtii
merupakan gelombang-gelombang pikiran yang selalu liar geraknya kalau tidak
dikendalikan dengan baik, Nirodhah adalah penahanan atau pembatasan gerak
gelombang pikiran itu. Sekarang saya akan jelaskan dan uraikan dari dari ke-3
pariabel tersebut, dan bagaimana caranya mengendalikan gerak gelombang pikiran.
a.
Citta
Citta
merupakan pikiran, dimana sebenarnya keadaan pikiran ini selalu tenang dan murni.
Tetapi karena adaanya pengaruh Vrtti menyebabkan pikiran ini menjadi liar dan
perlu dikendalikan. Pikiran yang tidak di kendalikan akan menjadi persoalan
hidup, dimana pikiran itu selalu gelisah, cemas, gusar, dan tertekan. Ini semua
akan menyebabkan diri kita isomenia dan pobia. Pikiran manusia adalah sugesti
untuk kehidupanya, jadi baik-baiklah berpikir supaya sugesti kita selalu
tertuju kepada hal yang positif. Melalui pikiran manusia bisa menuju dua hal
yang pertama bisa menuju Bandha atau belenggu diamana hal ini di pengaruhi oleh
guna Rajas dan Tamas. Yang kedua pikiran manusia bisa menuju Kaivalya yaitu
kebebasan sejati.
Pada
hakekatnya pikiran manusia bisa bergelombang atau Vrtti karena adanya pengaruh
Tri Guna. Baik itu Guna Satwam dimana pikiran selalu mengikat atau terkendali kearah
yang positif, Guna Rajas dimana pikiran selalu bergerak liar dengan penuh
khayalan, dan Guna Tamas dimana pikiran selalu lesu, lemah dan kasar. Adanya
pengaruh dari Tri Guna ini di dalam pelaksanaan yoga menyebabkan adanya 5
(lima) macam modifikasi pikiran diantaranya sebagai berikut:
a)
Ksipta diamana pikiran tingkat ini di pengaruhi oleh
Guna Rajas dan Tamas. Pikiran Ksipta ini pikiran selalu berkelana menikmati
objek duniawi. Didalam pelaksanaan yoga bila pikiran pada tingkatan ksipta akan
sangat sulit berkonsentrasi karena banyaknya sasaran yang ingin dituju dan yang
di pikirkan, sehingga pikiran tidak bisa menukik dalam suatu pandangan yang
bulat dan tajam.
b)
Mudha diamana pikiran ini di pengaruhi Guna Tamas,
dimana pikiran ini selalu dalam ke adaan malas, lesu, lemah dan terlebih lagi
pikiran ini mengalami tidur atau pikiran tidak aktif dengan baik. Dalam
pelaksanaan yoga bila pikiran tingkat
Mudha akan sulit berkonsentrasi karena orang yang terbawa pikiran ini akan
banyak mempunyai anagan-angan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan
menginginkan hasil yang cepat tanpa mau berusaha dengan maksimal.
c)
Wiksipta dimana pikiran ini di pengaruhi oleh Guna
Satwam dan Rajas. Dalam melaksanakan yoga dimana pikiran ini sedang bergoyang
antara dyana atau meditasi dan objek sasaran.
d)
Ekagra dalam tingkatan ini pikiran di pengaruhi
oleh Guna Satwam, dimana pikiran dan
perasaan selalu fokus terhadap objek sasaran yang ingin di capai sehingga
terjadi konsentrasi tunggal.
e)
Nirudha dalam tingkatan ini seseorang yang
melalukan yoga pikiranya sudah terkendali, mengalir terus menerus terhadap
objek sasaran dan terjadinya penunggalan. Antara Jiwatman dan Paramatman.
Pikiran ini sudah tahan Samadhi, penyatuan dengan Tuhan.
Pikiran
yang pada tahapan Ekagra dan Nirudha akan menghasilkan Savikalpa Samadhi atau
juga dalam istilah Samprajnyata Samadhi. Pada tingkatan Samadhi ini objek
Samadhi ini masih didasari oleh si penghayat atau seseorang yang melaksanakan
Sadhana ini. Orang yang dalam Samprajnyata Samadhi masih tetap sadar akan
kehadiran objek dan dengan berbagai kemungkinan pikiran diataranya sebagai
berikut:
a)
Sawitarka yaitu dengan pertimbangan atau dengan memakai
objek
b)
Sawicara yaitu dengan renungan atau memakai
indriya-indriya halus
c)
Nirwicara yaitu tanpa renungan atau dengan memakai
rasa
d)
Saananda yaitu dengan kegembiraan
e)
Saasmita yaitu dengan arti kepribadian atau mencari
Tuhan di dalam diri
Samadhi
tingkat ini bisa dikatakan seorang bakta masi dalam keragu-raguan karena
mengalami proses yang lama dan susah untuk berkonsentrasi. Ini dikarenakan
proses dari Yama, Nyama, Asana, Pranayama, da Prathyahara kurang baik, sehingga
proses selanjutnya pun menemukan jalan yang kurang mulus.
Bilamana
pikiran seorang bakta pada tingkatan Nirudha akan mencapai Nirvikalpa Samdhi
atau Asamprajnata Samadhi adalah Samadhi
yang telah mampu memusatkan dan menyatukan ketiga unsur Tri Guna, sehingga si
penghayat, proses penghayatan, dan objek penghayatan lebur menjadi satu. Bakta
merasakan dirinya sebagai Brahman. Proses penghayatan adalah Brahman dan objek
sasaran penghayatan pun adalah Brahman. Pada tahapan ini seorang bakta akan
merasa tenang, tiada keresahan yang menyelimuti pikiran dan perasaanya. Diamana
seorang bakta akan merasakan kebahagiaan. Dia merasakan hening, sepi, nyaman,
dan menyatu dalam kesadaran Paramatman.
(Wayan Jendra. Samadhi Hening Tanpa Kata,
2006 : 66)
b.
Vrtti
Vrtti
adalah peristiwa yang sudah terjadi dan menjadi akibat pada diri manusia. Vrtti
merupkan gelombang-gelombang pikiran yang harus dikendalikan dan di arahkan dengan
jalan melaksanakan yoga. Vrtti dapat di bagi menjadi 2 (dua) diantaranya
sebagai berikut : Aklisa yaitu gelombang pikiran halus dan Klisa yaitu
gelombang pikiran keras dan kasar. Pada dasarnya tahapan-tahapan yoga itu
bertujuan untuk mengendalikan dan menghentikan geraknya gelombang pikiran. Rsi
Patanjali membagi Vrtti menjadi 5 (lima) diantaranya sebagai berikut:
a)
Pramana yaitu pengamatan yang benar
b)
Wiparyaya yaitu pengamatan yang salah atau
berprasangka buruk
c)
Wikalpa yaitu pengamatan yang ada dalam kata-kata
atau angan-angan
d)
Nidra yaitu pengamatan dalam keadaan tidur atau
mimpi
e)
Smrti yaitu pengamatan terhadap sesuatu yang di
ingat dari sesuatu yang dialami atau gelombang bayangan masa lampau. Untuk
menenangkan Smrti ini bisa dilakukan dengan Abhayasa yaitu hal-hal baik di
praktekan, dan hal-hal buruk di tinggalkan. Dan dengan melakukan Catur Paramitha.
Dari
perubahan Vrtti ini Sang Jiwa yang ada di dalam diri itu memandang dirinya
mengalami kelahiran, kematian, tidur, jaga, berbuat salah, dan benar. Dimana
sesungguhnya Sang Jiwa itu mengatasi segala hal. Semua perubahan Vrtti muncul
dari klesa-klesa atau kesulitan-kesulitan yang merintangi yang menimbulkan
kesusahan dan kesedihan dalam hidup ini. Adapun klesa-klesa itu adalah sebagai
berikut :
a)
Awidya yaitu ketidaktahuan
b)
Asmitha yaitu kesombongan atau keakuan
c)
Raga yaitu keterikatan pada hal-hal yang bersifat
duniawi
d)
Dwesa yaitu kemarahan, keserakahan, dan antipati
e)
Abhiniwesa yaitu ketakutan yang berlebihan terhadap
kematian.
Dalam
melaksanakan yoga seseorang hendaknya mengendalikan dan menghapus semua Vrtti
dan klesa-klesa itu, sekurang-kurangnya memperkecil pengaruhnya. Untuk
mengendalikan dan enghilangkan klesa-klesa itu seluruhnya sungguh sangat sulit,
karena itu merupakan warisan yang sekarang kita bawa dari kehidupan yang
terdahulu. Hanya dengan melatih dan memperkecil sedikit demi sedikit pengaruh
Vrtti dan klesa-klesa itu dalam diri kita, dengan melaksanakan ajaran Yoga
dengan baik, disiplin, teguh, dan sabar.
(Pemerintah Provinsi Bali. Siwa Tattwa, 2006 : 68)
c.
Nirodhah
Nirodhah
merupakan pembatasan, penghentian gerak dari gelombang pikiran. Dimana Nirodhah
ini hanya memutuskan, pembatasan, dan penghentian kegoncangan-kegoncangan
pikiran yang membelenggu seorang bakta melakukan yoga sehingga sulit untuk
berkonsentrasi. Dimana Nirodhah ini sebenarnya mengarahkan pikiran kepada hal
yang positif dengan jalan melaksanakan Astangga Yoga dari Rsi Patanjali begitu
juga Sad Angga Yoga, niscaya semua gelombang-gelombang pkiran yang membelenggu
pikiran manusia akan hilang, sehingga seorang bakta bisa merasakan ketenangan,
keheningan, kenyamanan, kebahagiaan dan kesadaran sejati.
C.
Disiplin
Yoga
Di
dalam ajaran yoga kita sering sekali kebingungan mengartikan tentang
gerakan-gerakan di dalam prakteknya. Ada yang hanya meditasi penenangan dan ada
juga yang melakukan gerakan-gerakan asanas. Bagi orang yang sudah bagus
pemahamannya mengenai ajaran yoga hal tersebut tidak akan membingungkan. Karena
pada dasarnya yoga memberikan 2 (dua) disiplin, baik itu disiplin gerak maupun
disiplin diam. Yang dimana pada dasarnya ke-2 disiplin tersebut merupakan sifat
dari ajaran yoga yang mempunyai kesatuan yang utuh. Diamana seorang bakta bila
hanya menekankan pada disiplin gerak saja atau Hatha Yoga tentu didalam proses
akhir atau sadhana spritualnya tidak akan berjalan dengan baik, begitu juga
biala seorang bakta hanya menekankan pada disiplin diam atau Raja Yoga saja,
tentu kesehatan jasmani dan rohaninya tidak akan selalu dalam keadaan baik,
karena otot-otot dan fungsi-fungsi badan tidak akan berfungsi dengan baik.
Tentu dalam hal ini perlunya ke seimbangan ke-2 disiplin ini, baik disiplin
gerak maupun disiplin diam. Pada pembuatan tugas ini saja akan menguraikan
disiplin gerak dan disiplin diam yang pernah bapak jelaskan didalam kelas.
a.
Disiplin
Gerak
Disiplin
gerak merupakan sebuah olah tubuh yang memberikan manfaat pada jasmani dan
rohani manusia. Dimana secara struktur tubuh manusia tersusun atas jutaan
sel-sel yang membentuk organ-organ dan sistem anatomi manusia. Dimana di dalam
hal ini bila tubuh ini tidak pernah di gerakan tetu lama-lama fungsi-fungsi
organ tubuh manusia akan tidak berfungsi dengan baik dan menyebabkan beberapa
penyakit yang mengakibatkan fatal. Kesehatan adalah kunci utama dalam
melaksanakan yoga, dalam fisik yang sehat pasti ada jiwa yang sehat, sehingga
dalam hal ini kesehatan fisik sangat memberikan peranan yang utama. Dimana
fisik merupakan pondasi sepiritual yang harus dikokohkan supaya untuk sadhana
yang lebih lanjutnya bisa berjalan dengan baik.
Disiplin
gerak Bermanfaat menguatkan
fisik, mengurangi kekakuan sendi, mengontrol kesehatan saraf dan kelenjar tubuh, membantu
keseimbangan energi dan kenyamanan tubuh untuk sehari-hari, dan peremajaan
sel-sel tubuh. Seperti praktisi yoga tampak lebih muda karena sering berlatih yoga dengan
teratur dan pebuh dengan disiplin dan ketaatan dalam kehidupanya. Ajaran Yoga
dari Rsi Patanjali sangat banyak memberikan berbagai tingkatan olah tubuh dari
asana-asana yang tingkat rendah, menengah dan asana tingkat tinggi. Gerakan
asana ini memberikan manfaat yang mengkhusus setip gerakannya dan cara dan
bentuk gerakanya juga berbeda. Sehingga dalam peremajaan tubuh bisa dilakukan
dengan gerakan asana-asana dalam yoga. Sebelum seseorang bakta yoga melakukan
gerakan yoga diharapkan untuk tidak makan dan tidak minum selama minimal 3 jam
sebelum melaksanakan gerakan yoga, karena dalam kondisi seperti ini,
memungkinkan untuk mengurangi rasa sakit pada perut dan muntah-muntah. Selain
itu juga sebelum melaksanakan gerakan yoga, di harapkan membersihkan diri atau
badan terlebi dahulu dengan cara mandi atau acamana yaitu membersihkan kaki,
tangan, muka, rambut, dan kesepuluh indriya. Karena dalam gerakan yoga
merupakan salah satu cara untuk menyembah tuhan dengan berbagai simbul-simbul
beliau di dunia ini dengan berbagai gerakan dan mantra-mantra.
Sebelum
saya lebih lanjut menjelaskanya ke tahapan Surya Namaskara dalam disiplin
gerak, terlebih dahulu seorang bakta harus melakukan penenangan di atas mantras
yang sudah disiapkan. Fungsi matras disini adalah untuk menetralkan gerak
gravitasi bumi supaya energi seorang bakta tidak diisap oleh Pertiwi. Adapun
penenangan disini dengan sikap duduk Padmasana, Sidasana, Silasana ataupun
Sukhasana untuk yang laki-laki sesuai dengan kemampuan bakta tersebut dengan
badan, leher, dan kepala yang tegak. Dan sikap Vajrasana bagi bakta perempuan.
Dengan sikap seperti ini melakukan
penenangan adapun mantra-mantra yang harus di ucapkan seorang bakta dengan
serius dan penuh keyakinan. Disini akan saya terakan mantra-mantra tersebut,
yaitu :
a)
Gayatri Mantram
Om bhur bhuvah svah
Tat savitur varenyam
Bhargo devasya dhimahi
Dhiyo yo nah pracodayat.
Terjemahanya :
Ya,
Tuhan yang menguasai ketiga dunia ini,
Engkau
maha suci dan sumber segala kehidupan,
Sumber
segala cahaya. Semoga Tuhan melimpahkan
Pada
budi nurani kita, penerangan cahayamu yang Maha Suci.
b)
Mantram Guru
Om Guru Brahma, Guru
Wisnu, Guru Deva Mahesvara,
Guru Sat Sat Param Brahman Tasmy Sri
Guru Way Namah.
Terjemahanya :
Tuhan sebagai pencipta alam dan isinya,
Tuhan sebagai pemelihara dan mendidik
ciptaannya, Tuhan sebagai Pemerelina
ciptaannya, yang semuanya bersumber
pada Tuhan selalu menuntun umatnya
menuju kebahagiaan yang abadi.
c) Siva
Puja
Om Trayambhakam yajamahe
Sugandhim pustiwardhanam
Urwa rukamiwa bhandanam
Mrtyor mukshiya ma amertat
Terjemahanya:
Tuhan kami memuja Dewa Siwa yang bermata tiga
Yang mengayomi dan menebarkan wewangian di
Dalam Kehidupan kita, semoga beliau membebaskan
Kami dari berbagai
goncangan penderitaan.
(Pasraman Yogadhi
Paramaguhya. 2008. Tuntunan Praktis
Meditasi Taksu, 10 )
Jadi
sebelum melaksanakan Yoga seorang bakta harus memohon anugrah terlebih dahulu
kepada Tuhan yang Maha Esa dan Dewa Siwa sebagai dewanya Yoga. Dengan mengucapkan
mantra-mantra tersebut seorang bakta akan terlindungi dari segi niskala, karena
sudah memohon restu dan ijin dari Tuhan untuk melaksanakan yoga.
Berbagai
pemanasan-pemanasa yang harus dilakukan sebelum melaksanakan Surya Namaskara
atau asanas-asanas lainya, terlebih dahulu seorang bakta harus melakukan
gerakaran yang disebut dengan Pavanamutaksana, dimana dalam gerakan ini adalah
memulihkan fungsi-fungsi otot yang kaku dan peredaran darah yang kurang baik
sehingga mencegah datangnya penyakit rematik. Gerakan ini seperti penekukan
kaki, pemutaran pergelangan lutut, sikap
kupu-kupu, jalan bangau, pengepalan tangan, penekukan siku, pemutaran
persendian bahu, pemutaran leher, dan sikap-sikap penahanan energi dalam asanas
berbaring. Ini merupakan asanas pemanasan sebelum melakukan gerakan lebih
lanjut supaya otot-otot tidak terkejut bila langsung ke asanas-asanas yang
lebih lanjut, seperti Surya Namaskara, selain itu juga manfaat dari
pavanamuktasana ini supaya tidak terjadi cedra yang tidak di inginkan dalam
setiap bagain tubuh bila salah melakukan gerakan-gerakan asana tingkat
sederhana dan tinggi.
a.
Surya
Namaskara
Gerakan
Surya Namaskara merupakan sikap dan gerakan untuk pemujaan Dewa Surya, yang
dimana terdiri dari 12 sikap badan, masing-masing berhubungan dengan salah satu
dari 12 lambang zodiak. Satu putaran yang lengkap dari Surya Namaskara yang
terdiri dari 12 sikap badan ini
dilakukan secara berturut-turut. Terkait dengan masing-masing dari 12 sikap tersebut
ada sebuah mantra, yang mana untuk manfaat yang terbaik hendaknya diulangi
secara lisan dan secara mental. Setiap gerakan dari Surya Namaskara memberikan
manfaat yang berbeda-beda dalam setiap anggota tubuh. Disini saya akan jelaskan
mengenai ke-12 gerakan Surya Namaskara.
a)
Pranamasana (Sikap berdoa)
Berdiri
tegak dengan kedua kaki rapat. Letakan kedua telapak tangan bersamaan didepan
dada. Kendorkan seluruh tubuh. Nafas normal, berkonsentrasi pada Anahata cakra.
Dengan mengucapkan mantra Om Mitraya
Namaha yang artinya penghormatan kepada teman semua. Diaman gerakan ini
memberikan manfaat membentuk suatu keadaan konsentrasi dan ketenangan dalam
persiapan untuk latihan yang dilakukan.
b)
Hasta Uttanasana (Sikap kedua lengan terangkat)
Angkatlah
kedua lengan di atas kepala, kedua lengan diregangkan menurut lebar bahu
sendiri, tekuklah kepala dan bagian tubuh ke belakang. Nafas pada sikap ini
adalah tariklah nafas ketika mengankat kedua lengan. Konsentrasi pada Visuddha
cakra. Dengan mengucapkan mantra Om
Ravaye Namaha yang artinya penghormatan pada yang bersinar cemerlang.
Gerakan ini mempunyai manfaat meregangkan isi rongga perut, menghilangkan
kelebihan lemak, dan memperbaiki pencernaan. Melatih otot-otot lengan dan bahu,
menyelaraskan urat-urat syaraf tulang belakang, dan membuka seluruh bilik
paru-paru.
c)
Padahastasana (Sikap tangan sampai kaki)
Membungkuklah
kedepan sampai jari-jari tangan atau kedua tangan menyentuh tanah pada setiap
sisi atau didepan kaki. Cobalah menyentuh lutut dengan dahi anda, jangan
tegang, tahanlah kedua kaki tetap lurus. Nafas dalam sikap ini adalah hembuskan
nafas selama membungkuk kedepan, cobalah mengerutkan perut pada setiap posisi
akhir untuk menghembuskan jumlah udara yang tinggi. Konsentrasi pada
Swadhisthana cakra. Dengan mengucapkan mantra Om Surya ya Namaha yang artinya penghormatan kepada yang
menyebabkan ksegala aktivitas. Dimana sikap ini memberikan manfaat dalam
melenyapkan dan mencegah sakit perut atau berbagai penyakit perut. Menguranggi
kelebihan lemak pada daerah perut, memperbaiki pencernaan, dan membentu
menghilangkan sambelit. Memperbaiki peredaran darah, membuat tulang belakang
lemas dan menyelaraskan syaraf-syaraf tulang belakang.
d)
Asvasancalanasana (Sikap menunggang kuda)
Rentangkan
kaki kanan ke belakang sejauh mungkin, pada waktu yang sama tekuklah lutut kiri
tetapi tahanlah agar kaki kiri tetap pada posisi yang sama. Kedua lengan harus
tetap lurus dan dalam posisi yang sama. Pada posisi akhir, berat tubuh harus
disangga pada kedua tangan, kaki kiri, lutut kanan, dan jari-jari kanan. Kepala
harus dimiringkan kebelakang, punggung dilengkungkan dan pandangan ditunjukan
keatas. Napas pada posisi ini adalah tariklah nafas ketika merentangkan kaki
kanan kebelakang. Konsentrasi pada Ajna cakra. Dengan mantra Om Bhanave Namaha yang artinya
penghormatan kepada yang menerangi. Dimana sikap ini memberikan manfaat memijat
organ-organ perut dan memperbaiki fungsinya. Otot-otot kaki akan diperkuat, dan
keseimbangan urat syaraf akan tercapai.
e)
Parvatasana (Sikap gunung)
Luruskan
kaki kiri dan letakan kaki kiri tersebut disamping kaki kanan, angkatlah pantat
supaya mengunung dan turunkan kepala sehingga berada di kedua lengan, dimana
dari samping tubuh membentuk dua sisi segitiga. Kedua kaki dan lengan harus
lurus pada posisi akhir, cobalah agar kedua tumit bersentuhan dengan tanah pada
sikap ini. Nafas sukap ini adalah hembuskan nafas selama meluruskan kaki kiri
dan dan membungkukan tubuh. Konsentrasilah pada Visudha cakra. Dengan pengucapan
mantra Om Khagaya Namaha yang artinya
penghormatan kepada yang bergerak cepat dilangit. Manfaatnya gerakan ini adalah
menguatkan syaraf dan otot-otot pada kedua lengan dan kaki. Melenturkan tulang
belakang pada arah yang berlawanan menuju sikap sebelumnya dan lebih jauh
membantu membuatnya lemas. Menyelaraskan urat syaraf tulang belakang dan
memberikan syaraf-syaraf tersebut aliran darah yang segar.
f)
Astangga Namaskara (Pemberian hormat dengan 8
anggota badan)
Rendahkanlah
tubuh ketanah sehingga pada posisi akhir hanya jari-jari kedua kaki, kedua
lutut, dada, kedua tangan, dan dagu yang menyentuh tanah. Pinggul dan perut
harus sedikit diangkat menjauhi tanah. Nafas pada sikap ini dihembuskan atau
tanpa pernafasan. Berkonsentrasi pada Manipura cakra. Dngan pengucapan mantra Om Pusne Namaha artinya penghormatan
pada yang memberi kekuatan. Manfaatnya adalah menguatkan otot-otot kaki dan
lengan dan memperkuat dada.
g)
Bhujangasana (Sikap kobra)
Angkatlah tubuh dari pinggang dengan
meluruskan lengan, lenturkan kepala kebelakang, dan tingkatkan ini selama
posisi akhir pada Bhujanggasana. nafas pada posisi ini adalah tariklah nafas
ketika mengangkat tubuh dan melengkungkan punggung. Konsentrasi pada
Swadisthana cakra. Degan pengucapan mantra Om
Hiranya Garbhaya Namaha yang artinya penghormatan pada disi kosmis
keemasan. Manfaat dari sikap ini adalah perut ditekan, membantu menekan darah
yang berhenti dari organ-organ perut dan mendorong aliran darah segar. Sikap
ini sangat bermanfaat bagi semua penyakit perut, termasuk ketidak mampuan
mencerna dan sembelit. Melengkungkan punggung melatih tulang belakang, membuat
otot-otot lemas dan memberikan kembali pada syaraf-syaraf tulang belakang yang
paling penting.
h)
Parvatasana (Sikap gunung)
Tingkatan
ini merupakan pengulangan dari posisi lima, dari posisi punggung yang
dilengkungkan ambilah sikap gunung seperti posisi yang sebelumnya. Nafas pada
sikap ini adalah dihembuskan. Dengan konsentrasi pada Visuddha cakra. Dengan
pengucapan mantra Om Maricaye Namaha
yang artinya penghormatan pada penguasa fajar. Dengan manfaat yang sama seperti
pada gerakan kelima.
i)
Asvasancalanasana (Sikap menunggang kuda)
Tingkatan
ini sama seperti posisi empat. Tekuklah kaki kiri dan bawalah kedepan sehingga
berada dekat kedua tangan dan turunkanlah serentak lutut kanan sehingga
menyentuh lantai. Nafas pada posisi ini adalah tariklah nafas ketika melakukan
posisi ini. Dengan konsentrasi pada Ajna cakra. Dengan mengucapkan mantra Om Adityaya Namaha yang artinya
penghormatan kepada putra Aditi. Aditi adalah salah satu nama dari ibu kosmis
tak terbatas.
j)
Padahastasana (Sikap tangan sampai kaki)
Posisi
ini merupakan pengulangan dari posisi tiga. Letakan kaki kanan disamping kaki
kiri. Luruskan kedua kaki dan cobalah untuk membawa dahi sedekat mungkin
kelutut. Jangan memaksakan diri jika tidak mampu menyentuh lutut karena bisa
cedra, tetapi jangan menekuk kedua kaki. Nafas pada posisi ini adalah hembuskan
nafas, konsentrasi pada Svadisthana cakra, dengan mengucapkan mantra Om Savitre Namaha yang artinya
penghormatan pada ibu yang penuh kebijakan.
k)
Hasta Uttanasana (Sikap kedua tangan terangkat)
Tingkatan
ini merupakan pengulangan pada posisi dua. Luruskan seluruh tubuhdan angkatlah
kedua lengan anda keatas kepala. Kedua lengan direnggangkan selebar bahu,
lengkungkanlah kepala dan kedua lengan sedikit kebelakang. Lakukanlah tarikan
nafas selama meluruskan tubuh, konsentrasi pada Visuddha cakra, dengan
pengucapan mantra Om Arkaya Namaha
yang artinya penghormatan kepada yang pantas dipuji.
l) Pranamasana (Sikap sembahyang)
Ini
adalah sikap terakhir sama pada posisi pertama. Bawalah kedua tangan didepan
dada dan letakan kedua telapak tangan bersama-sama dan kendorkan seluruh tubuh.
Nafas pada posisi ini adalah hembuskan nafas, konsentrasi pada Anahata cakra,
dengan mengucapkan mantra Om Bhaskaraya Namaha yang artinya penghormatan kepada
yang membawa kecerahan.
Inilah ke-12 gerakan Surya Namaskara yang diamana dalam
spiritual merupakan pemujaan kepada Dewa Matahari atau Surya. Untuk berbagai
manfaat kerohanian lakukan 3 sampai 12 putaran secara perlahan. Untuk amnfaat
fisik lakukan 3 sampai 12 putaran dengan lebih cepat. Para pemula hendaknya
jangan melakukan banyak putaran. Lakukanlah semampunya saja dan jangan sampai
memaksakan, karena bisa menyebabkan cedra bila terjadi kesalahan gerak pada
fisik yang kelelahan. Gerakan Surya Namaskara merupakan salah satu gerakan dari
disiplin gerak dan merupakan salah satu gerakan yang paling praktis dan efektif
dari asanas-asanas lainya karena gerakan Surya Namaskara sudah menjangkau semua
gerakan asanas lainya.
(Sarasvati,
Svami Satyananda. 2002. Asana, Pranayama,
Mudra, Bandha, 133)
b.
Disiplin
Diam
Disiplin
diam merupakan sebuah pelaksanaan ajaran yoga yang tidak banyak melakukan
gerakan-gerakan dan aturan-aturan. Dimana seseorang hanya duduk dengan sikap
yang disukai seperti Silasana, Sadhasana, Padmasana, Vajrasana, ataupun
Sukasana. Dalam disiplin diam ini biasanya hanya digunakan untuk sikap
meditasi, pranayama, dan penenangan. Selain itu juga didalam disiplin diam
untuk menghentikan alat-alat indriya mulai dari menutup mata, menghentikan
fungsi kaki dengan sikap duduk Padmasana, dan penghentikan gerakan tangan
dengan melipat tangan diatas paha. Manfaat dari disiplin diam adalah Memberikan relaksasi ketenangan, kejernihan pikiran,
rasa pada berkembangnya intuisi. Hal ini
dilakukan dengan meditasi yoga dengan mengatur pernapasan dengan baik supaya
fungsi paru-paru bisa berfungsi dengan baik sehingga memberikan kesegaran dalam
tubuh, dengan sikap yoga yang sempurna.
D. Astangga
Yoga
Rsi Patanjali telah memberikan kita
semua untuk melaksanakan ajaran yoga dalam berbagai tahapan-tahapan yang dimana
tujuanya untuk menyatukan Jiwatman dengan Paramatman. Dalam yoga Rsi Patanjali
desebutkan ada 8 (delapan) tahapan, yang dimana tujuan terakhirnya adalah
Samadhi atau kaivailya. Adapun kedelapan pembagian tersebut mempunyai kaitan
yang sangat erat, seperti bagan berikut berikut :
a.
Yama
Ahimsa
Brahmacari Latihan
Moral
Satya
Aparigraha Etika
Asteya Yoga
b.
Nyama
Sauca Hatha Yoga
Santosa
Tapa
Swadhyaya Kriya Yoga
Isvarapradidhana
c.
Asana
Latihan
Fisik Kaivalya
d.
Pranayama
e.
Prathyahara
Latihan
Mental
f.
Dharana
g.
Dhyana Latihan
Spiritual Samyama Raja Yoga
h. Samadhi Proses Akhir
Astangga Yoga merupakan bagaimana
cara untuk menghentikan gerak gelombang-gelombang pikiran, sehinggga kita
menjadi tenang dan terkendali, melalui tahapan-tahapan Astangga yoga,
penjelasan setiap bagianya adalah sebagai berikut :
a.
Yama Brata
Yama Brataialah brata atau disiplin pengendalian diri untuk
mencapai kesempurnaan rohani dan kesucian bathin berupa Dharma dan Moksa. Yama
Brata juga di sebut Yama Sadhana yaitu prilaku untuk pengendalian diri mencapai
kesempurnaan. “Sadha” berarti menyempurnakan. Sadhana berarti kesempurnaan.
Yama Brata dari lima aspek yang prinsip yaitu:
a) Ahimsa
artinya tidak menyakiti, tidak membunuh, tidak melakukan kekerasan, tidak
melukai mahluk hidup. Dalam hal ini yang paling utamakan adalah bagaimana kita
bisa menjaga hubungan yang harmonis dengan lingkungan tempat tingal kita. Baik
dengan sesame manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Baik kita tidak menyakiti
dengan perbuatan, perkataan, dan pikiran yang iri dan dengki.
b) Satya
artinya kebenaran, jujur, dan bertangung jawab dimana kita harus
senantiasa menjaga nilai-nilai satya
ini. Ada lima banyaknya yang terdiri dari Satya Wacana yaitu jujur dalam
perkataan, Satya Mtra yaitu jujur dan setia dalam pergaulan, Satya Laksana
yaitu bertangung jawab atas segala perbuatan, Satya Hrdaya yaitu setia pada
kata hati, dan Satya Semaya yaitu setia pada janji.
c) Asteya
artinya pantang mengingini sesuatu yang bukan miliknya sendiri atau pantang
mencuri
d) Brahmacarya
artinya pantang kenikmatan seksual atau pengendalian nafsu seksual.
e) Aparigraha
artinya tidak menerima pemberian yang berlebihan dari orang lain atau menerima
pemberiaan yang tidak penting dari orang lain. Ini bermakna bahwa kalau kita
telah menerima pemberiaan yang tidak penting dari orang lain akan mengikat kita
untuk bisa membalasnya dan cendrung bersifat duniawi.
Kelima perintah ini hendaknya wajib dan dipertahankan
dalam setiap keadaan, karena merupakan kode kelakuan yang universal, yang harus
diterima dan tidak memerlukan penafsiran. Ini merupakan kode yang alamiah untuk
mahluk manusia.
b.
Nyama
Secara prinsip dapat dikatakan bahwa Yama Brata
menekankan pelaksanaan pengendalian daripada tingkat fisik dan psikis,
sedangkan dalam Niyama Brata merupakan latihan penguasaan dan pengendalian diri
yang berimbang antara fisik, psikis dan spritual atau bathin yang lebih
mendalam. Niyama Brata terdiri dari lima unsur yaitu:
a) Sauca
atinya suci lahir batin. Para siswa yoga sangat dianjurkan melakukan sauca
untuk meningkatkan kesucian dirinya. Sauca juga menganjurkan kebijakanuntuk
melakukan Sattwasudhi yaitu kesucian
pikiran dalam wujud kebenaran, Saumanasya
yaitu hati yang selalu gembira dalam wujud kedamaian, Ekagrata yaitu pemusatan budhi yang memberikan kesadaran jasmani
dan rohani pada diri, Atmadharsana
yaitu realisasi diri yang sejati.
b) Santosa
Artinya adalah puas dengan apa yang datang dengan wajar. Kepuasan mengantarkan
kepada kita kepada rasa kebahagiaan, sedangkan ketidakpuasan mengantarkan pada
kesusahan.
c) Tapa
artinya tahan uji terhadap ganguan-ganguan. Melalui pantangan badan menjadi
lebih kuat dan bebas dari noda-noda dan gaguan-ganguan yang bertentangan dengan
dharma.
d) Swadhyaya
artinya mempelajari buku-buku agama dengan teratur. Melalui Swadhyaya kita akan
dapat mendekatkan diri dengan hal-hal yang bersifat ketuhanan. Kita akan
memperoleh sesuatu tentang apa yang dipelajari, dikenal dengan Istadewata
Suprayogah yaitu persatuan dengan yang telah dicita-citakan.
e) Iswarapranidhana
artinya penyerahan dan pembaktian kepada tuhan. Hal ini akan dapat mengantarkan
kita pada Samadhi.
Jadi
seperti itulah kedua tahap pengendalian diri yang haruus di tekuni dan
dilaksanakan oleh seorang siswa yoga terlebih lagi untuk kita semua sebagai
umat yang beragama yang mempunyai ahklak mulia
(Pusat
Dokumentasi Kebudayaan Bali. 2006. Siwa Tattwa,
70)
c.
Asana
Seorang yang akan melaksanakan
Samadhi sebaiknya menyiapkan peralatan berupa tikar yang terbuat dari rumput
kusa. Diatas tikar dibentangkan sehelai kulit rusa, kemudian ditumpuk lagi
dengan kain putih yang tipis, sehingga tinginya sekitar 2,5 sampai 5
centimeter. Kalau tidak ada peralatan seperti itu, diusahakan alat yang dapat
menetralkan daya serap dan daya isap lantai. Kenapa harus disediakan alat
sedemikian, karena sifat tanah atau Ibu Perthiwi yang mempunyai daya tarik atau
gaya grafitasi. Seperti contohnya bila sepotong besi atau batu atau apa saja
yang dilempar ke atas,, maka benda-benda itu akan jatuh kembali ke bumi atau ke
tanah. Kadar daya tariknya tergantung kepada dua hal , yakni kekuatan daya
tarik bumi itu sendiri dan kadar berat benda yang bersangkutan. Demikian
jugalah bila seseorang melakukan Samadhi tanpa diberi alas, maka kekuatan
energi yang ada pada tubuh kita akan ditarik atau di isap oleh energi bumi.
Didalam Bhagavadgita dinyatakan tentang peralatan bagi seseorang yang melakukan
Samadhi itu sebagai berikut.
“Suchau dese pratishthapya,
Sthiram asanam atmanah,
Na tyuchchhritam na tinicham,
Chailajina kusottaram”
(Bhagavadgita,
VI.11)
Terjemahannya :
Dengan teguh duduk di
tempat yang bersih,
Tidak tinggi dan tidak
rendah ditubuhi
Oleh rumput sucu kusa, di
atasnya kulit rusa dan kain silih bertindih.
Lebih lanjut
dinyatakan sebagai berikut:
“Tarai kagram manah kriva
Yata chittendriya kriyah,
Upavisya sane yunjyad,
Yogam atma visuddhaye”
(Bhagawadgita, VI.12)
Terjemahannya :
Disana
dengan menyatukan pikiran, Mengendalikan
gerak
panca indra, dia bersila di atas tempat duduknya,
melaksanakan
yoga, menyucikan hati dan pikiran.
Tempat duduk
bersamadhi seyogyanya bersih dan dalam situasi yang tenang, artinya tidak
bising oleh suara apapun, baik suara manusia, mesin, binatang atau suara
lainya. Sebab kondisi seperti itu , akan ikut membantu menenangkan pikiran dan
pemusatan kepada suatu objek yang dikehendaki. Sikap badan sering merupakan
cermin dari sifat pikiran dan sering sejajar. Kesejajaran yang dimaksud disini
adalah hal-hal sebagai berikut. Bila seseorang mengepalkan tangannya dan dalam
keadaan sikap berdiri, memasang kuda-kuda, tentu orang tersebut pasti dikira
siap berkelahi. Bila seseorang duduk dengan sikap bersila, menengadahkan
mukanya dengan sikap tangan menadah ke atas, maka orang itu akan ditafsirkan
sedang berdoa mohon rahmat kepada Tuhan.
Oleh
karena itu, dalam melakukan Samadhi, perlu sikap dan kondisi yang nyaman, dan
sikap pikiran harus sesuai dengan tujuan. Sikap disini sebenarnya bukan saja
sebenarnya sikap badan, tetapi sekaligus terkait dengan sikap pikiran dan hati
kita. Sebelum Samadhi dimulai, hal-hal itu perlu dipersiapkan, perlu untuk
dikondisikan agar tujuan lebih cepat tercapai. Tentu aturan-aturan ini lebih
banyak berlaku untuk orang-orang yang masi tahan pemula.
Namun
bagi seorang pemula, sikap badan yang seperti disarankan disini sangat penting
untuk dilaksanakan, agar usaha sadhanayan spiritualnya berasil dengan baik.
Didalam Bhagavadgita sikap badan dinyatakan sebagai berikut:
samam kayastirogrivam,
Dharayann achalam sthirah,
Samprekshaya nasikagram svam
Disas cha navalokayan.
(Bhagavadgita,VI.13)
Terjemahannya
:
Degan badan, kepala, dan leher tegak,
Duduk diam tiada bergerak, tetap memandang
Ke ujung hidungnya, dan tanpa menoleh-noleh
sekitarnya.
Sikap badan diatas baru berhubungan
dengan kepala, leher dan badan. Sikap yang lebih rinci, dapat diteruskan dengan
sikap kaki dan tangan. Sikap duduk sebaiknya bersikap padmasana. Sikap
padmanasan adalah sikap duduk yang melipat kedua kaki saling memasuki. Tidak
semua orang bisa melakukan sikap ini. namun banyak orang pula juga bisa
melakukan dengan baik. Bila mau berlatih secara tekun, pada dasarnya semua
orang bisa melakukan sikap ini. dalam posisi kaki seperti itu tulang punggung
harus tetap tegak, segaris dengan garis leher sampai lurus vertikal.
Sikap tangan ditaruh sejajar dengan
badan dengan meletakan diatas lutut. Tanga harus lurus ke depan, dengan
disertai sikap jari-jari tangan sebagai beriku: Jari-jari tangan, baik tangan kiri maupun
tangan kanan adalah dalam sikap tengadah, bukan tertelungkup. Ibu jari dan jari
telunjuk saling bersentuhan, dan ibu jari menekan ujung jari telunjuk. Sikap
jari-jari seperti ini mempunyai makna simbolis bahwa ibu jari sebagai
paramaatma atau Tuhan harus senan tiasa dekat jari telunjuk sebagai simbul atma
atau manusia. Manusia pada umumnya mempunyai ahamkaraatau ego yang tinggi.
Karena itu ego itu harus ditekan agar berkurang atau dikendalikan dan kalau
mungkin sampai hilang sama sekali. Pada tiga jari yang lain, jari tengah, jari
manis, dan jari kelingking, adalah simbul Tri Guna yang senan tiasa menyertai
setiap mahluk hidup. Ketiga Guna itu haru dipisahkan dengan atma.
(Svami
Sivananda. 2006. Java Yoga.
(Penerjemah: I Made Aripta Wibawa). Denpasar. Paramita.)
d.
Pranayama
Prana
merupakan kekuatan yang sangat penting yang meliputi seluruh kosmos. Prana
berada dalam segala mahluk, meskipun berhubungan erat dengan udara yang kita hirup,
tapi prana sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang sama. Prana lebih halus dari
pada udara dan dapat diartikan sebagai energi pokok yang ada dalam segala
sesuatu di alam semesta ini. Yama berarti “mengendalikan” . pranayama dapat
diartikan sebagai suatu rangkian teknik yang merangsang dan meningkatkan energi
yang sangat penting, pada akhirnya menimbulkan pengendalian yang sempurna pada
aliran prana dalam tubuh. Secara tradisional, prana dalam tubuh dubagi lima
bagian dasar yang dikenal secara bersama dengan panca prana, yang terdiri dari
prana, apana, samana, udana, dan vyana.
a) Prana
Ini bukan
merupakan prana yang menyeluruh tetapi termasuk bagian tubuh khusus yang
terletak pada daerah diantara pangkal tenggorokan dengan bagian atas sekat
rongga badan antara badann dan perut. Ini dihubungkan dengan alat-alat
pernafasan, alat-alat bicara, dan kerongkongan, bersama dengan otot-otot syaraf
yang mengaktifkanya. Ini merupakan kekuatan diaman nafas ditarik ke dalam.
b) Apana
Ini
terletak dibawah daerah pusar dan menyediakan energi untuk usus-usus besar,
ginjal, dubur, dan alat kelamin. Ia terikat dengan pengeluaran prana tersebut
melalui dubur dan hidung serta mulut.
c) Samana
Samana ini
mengenai daerah jantung dan pusar. Ini mengaktifkan dan mengatur jaringann pencernaan.
Seperti hati, usus, pankreas, perut, dan semua sekresi yang diberikan. Samana
juga mengaktifkan jantung dan sistem peredaran. Ini bertanggung jawab terhadap
asimilasi bahan-bahan gisi.
d) Udana
Tubuh
diatas pangkal tengorokan diatur oleh udana. Dengan demikian mata, hidung,
telinga, dan semua alat panca indera diaktifkan oleh prana ini. tanpa udana
kita tidak akan pernah mampu berpikir atau mengetahui dunia luar.
e) Vyana
Kekuatan
ini menyelimuti seluruh tubuh. Vyana mengatur dan mengandalikan semua gerakan
tubuh dan menyelarasaskan kekuatan vital lainya. Vyana menyerasikan dan
mengaktifkan semua anggota badan, otot-ototnya yang luar biasa, jaringan
pengikat, syaraf, dan persendian. Kekuatan ini juga bertanggung jawab terhadap
sikap badan yang tegak.
Dalam
Samadhi pengaturan nafas terdiri dari puraka yaitu pemasukan nafas, Kumbaka
yaitu penahanan nafas, dan recaka yaitu mengeluarkan nafas. Pengaturan nafas
sangat berguna untuk mengawasi pemusatan pikiran dan penguatan badan.
Tuntunan umum untuk pranayama :
a) Pranayama
harus dilakukan di tempat yang bersih, bebas dari polusi, tidak ada bau yang
menyengat, dan cukup ada udara yang berhembus.
b) Waktu
terbaik pukul 04.00 pagi hari dan sore pada pukul 18.00 Wita.
c) Pranayama
harus dilakukan pada saat perut kosong, dan 10 menit sesudah latihan minumlah
segelas air putih.
d) Makanlah
makanan yang bersih atau satwika yaitu makanan non daging atau ikan, seperti
buah-buahan, roti, sayuran dan susu, jangan yang pedas-pedas, bawang,
miyak-miyakan, daging, ikan, alkhol dan rokok.
e) Tunggu
setengah jam sesudah pranayama baru boleh mandi
f) Ulangi
Om atau Gayatri dalam pikiran pada saat menarik, menahan, dan menghembuskan
nafas, rasakan sifat-sifat satwam, jujur, bijak, belas kasihan, sabar, suka
mengampuni meresapi batin dan sekujur tubuh pada saat menari nafas. Keluarkan
dengan hembusan segala sifat-sifat jahat, buruk, nafsu serakah, loba, pemarah,
malas, egoistis, dan lain sebagainya tersapu keluar. kita harus merasakan
kekuatan sinar suci Hyang Widhi meresapi seluruh tubuh sampai merasa tubuh kita
terang benderang olehnya. Hentika segera bila sudah terasa payah olehnya.
g) Perbandingan
antara menarik, menahan, dan menghembuskan nafas adalah 1 : 4 : 2
denganhitungan 1 Om menarik nafas, 4 Om menahan nafas, 2 Om menghembuskan
nafas. Tiap minggu dapat dilipatkan menjadi 2 : 8 : 4 lalu 3 : 12 : 6 dan
seterusnya sampai maksimum 16 : 64 : 32. Untuk menghitung Om pakailah alat
bantu berupa Genitri.
Manfaatnya adalah memberikan
ketenangan dan ketentraman. Semua alur prana dibersihkan dari berbagai
rintangan. Aliran prana dalam ida dan pingala nadi disamakan. Jaringandarah
dibersihkan dari berbagai racun. Seluruh tubuh di pelihara oleh persediaan
oksigen tambahan, dan karbon dioksida dikeluarkan sevara efisien. Akibatnya
secara keseluruhan merupakan suatu kemajuan yang luas dalam kesehatan. Dengan
membersihkan sel-sel otak, pusat-pusat otak dirangsang untuk bekerja lebih
dekat pada kekuatan optimalnya dan semua udara yang pengap dikeluarkan dari
paru-paru.
(Bhasma,
Ida Bagus Putu. 1993. Modul Yoga. Jakarta.)
e. Pratyahara
Pratyahara artinya menarik indriya
dari wilayah sasaranya, dan menempatkan dibawah pengawasan pikiran. Bila
indriya dapat diawasi oleh pikiran maka ia tidak akan berkeliaran pada
objek-objek yang disenanginya, namun akan mengikuti pkiran. Hal ini akan dapat
dicapai melalui latihan yang penuh lama dan dengan kesabaran. Pada umumnya
indriya itu cendrung mengejar nafsunya, seperti mata mengejar keindahan warna
dan bentuk, telinga mengejar bunyi dan nada, lidah mengejar kenikmatan rasa
lezat, hidung mengejar bau yang harum semerbak, kulit ingin memegang dan
memeluk apa yang halus. Tiap alat indriya memiliki tugasnya masing-masing,
tetapi semuanya merindukan kenikmatanya masing-masing.
Seorang yogu yang hendaknya
membebaskan diri dari pengaruh tarikan indriyanya, misalnya melihat sesuatu
maka jangan terikat dengan semua itu. Yang harus dihindari adalah nafsu bukan
pengelihatan. Demikian syaraf pratyahara yang pertama adalah untuk melepaskan
indriya-indriya dari nafsu masing-masing, sedangkan syarat yang kedua adalah
membebaskan kegoncangan Citta dari nafsu-nafsu sehingga kembali dalam bentuknya
yang murni.
f) Dharana
Dharana artinya memegang dan
memusatkan pikiran pada sasaran yang di inginkan. Sasaran yang di inginkan itu
dapat diambil dari badan atau objek luar, seperti bulan, arca, gambaran para
dewa, mantaram OM, dan sebagainya. Tujuanya disini adalah bagaimana kita bisa
mengalihkan perhatian kita untuk berkonsentrasi pada Tuhan, baik dalam wujud
menifestasi beliau, kemampuan untuk memegang pikiran terus terpusat pada suatu
objek adalah merupakan suatu ujian memasuki tingkatan yoga yang lebih tinggi.
g) Dhyana
Dhyana berarti aliran pikiran yang
tenang pada suatu objek tanpa tergoyahkan oleh ganguan sekitarnya. Hal ini
memiliki seseorang memiliki gambaran yang jelas tentang bagian-bagian dari
objek renunganya. Dalam Yogasutra Maha Rsi Patanjali mengartikan dhyana “Tatra
pradyaya ekatanata dhyanam” yang artinya arus budi yang tiada putus-putusnya
menuju tujuan. Itulah yang dinamakan dhyana.
h) Samadhi
Wujud Tuhan pada saat ini
berdikit-dikit dilepas, dan yang harus tertinggal adalah maknanya saja. Samadhi
merupakan penghancuran kekaburan batin, merupakan tanda rahmat Tuhan.
Perenungan dari kerinduan kepada tuhan yang gtiada putusnya, yang dengan usaha
keras dilakukan pada tahapan Dhyana. Lalu mencapai puncaknya dalam tahapan
Samadhi. Dalam Samadhi seorang bakta kehilangan kesadaran diri dan menunggal
dengan kesdaran Tuhan. Bila bakta tidak merasakan dirinya bersamadhi . bila
masih merasa Samadhi, maka itu artinya masih dalam tingkatan dhyana atau
meditasi. Oleh karena itu samadhipun belum terwujud.
Pada tingkatan Samadhi, meditasi
telah mencapai penyelasaian dan pemenuhanya, serta menjadi lengkap. Pada
tingkat Samadhi ini telah terjadi Panembah kalawan kang si nembah tunggal atau
telah terjadi manunggaling kawula lan gusti yang artinya seorang bakta dengan
Tuhan menyatu dalam kesadaran atman. Disini telah terjadikeheningan, seperti
tiada bahasa yang terucapkan, hening tanpa kata, menyatu dalam rasa kebahagiaan
sejati. Terjadilah bahasa hening dalam Samadhi.
(Siwa
Tattwa, 2006 : 70-76)
a) Macam-macam
cara Samadhi
Ø Ditinjau
dari kabstarakan objek
-
Nirguna Brahman
-
Saguna Brahman
Ø Ditinjau
dari media sasaran
-
Swarupa
-
Nama, Om
-
Jyotir (sinar)
Ø Ditinjau
dari kadar Tri Guna
-
Satwika
-
Rajasika
-
Tamasika
Ø Ditinjau
dari penghayatan
-
Savikalpa
-
Nirvikalpa
Jadi seperti itulah ke-8 tahapan
dari Astangga yoga yang merukan suatu kesatuan yang utuh dari masing-masing
tahapanya. Dimana Yama dan Nyama merupakan konci keberasilan dari pelaksanaan
yoga, selayaknya mantapkanlah dulu proses yama dan nyama, untuk membuat pondasi
yang kokoh dan mantap, baru ketahapan yang selanjutnya. Dalam pelaksanaan yoga
janganlah sekali-kali mengitung pengeluaran materi dan berdasarkan nafsu,
pakailah sikap prema dan tulus iklas.
E. Ruang
Lingkup Ajaran Yoga
Maha Rsi Patanjali, yang menulis
ajaran yoga didalam bukunya disebut Yogasutra. Kitab Yogasutra terdiri atas
empat bab dengan 196 sutra.
a.
Samadhi
Pada (51 sutra)
Isinya menerangkan tentang sifat, tujuan, dan bentuk ajaran yoga. Pada
bagian ini pula dijelaskan adanya perubahan-perubahanpikiran dalam melakuka
yoga.
b.
Sadhana
Pada (55 sutra)
Isinya menjelaskan pada tentang tahapan-tahapan pelaksanaan yoga, cara
mencapai Samadhi dan pahala yang didapat oleh mereka yang telah mencapai
Samadhi.
c.
Wibhuti
Pada (56 sutra)
Isinya mengajarkan tentang hal-hal yang bersifat batiniah, tentang
kekuatan gaib yang didapat oleh mereka yang melakukan praktek yoga
d.
Kaivalya
pada (34 sutra)
Isinya melukiskan tentang alam kelepasan dan keadaan jiwa yang telah
dapat mengatasi keterikatan duniawi.
Ke-4 inilah ruang lingkup dari
ajaran yoga yang dimana setiap bagianya memiliki tahapan-tahapan dan ajaran
yang harus ditekuni dengan baik untuk menemukan bagian yang terakhir yaitu
Kaivalya Pada.
F. Catur
Yoga Marga
Catur Yoga Marga merupakan empat
jalan atau menuju Tuhan. Yang dimana ke-4 jalan ini merupakan jalan yang mulia
untuk menuju Tuhan yang dimana bagian-bagianya adalah Bhakti Yoga, Karma Yoga,
Jnana Yoga da Raja Yoga. Yang dimana tiga bagian yang pertama merupakan dasar
dan tujuan akhirnya adalah Raja Yoga. Catur marga disini diantaranya sebagai
berikut :
a. Bhakti
Yoga
Bakti
yoga adalah Realisasi Ketuhanan melalui pancaran bhakti kasih yang mendalam
kepada Tuhan dan semua mahluk. Tingkatan bhakti ada dua yaitu:
a)
Aparabhakti :
persembahan dengan permohonan
b)
Parabhkati : bhakti yang tulus
selanjutnya ada beberapa realisasi bentuk bhakti
yaitu:
a) Santabhawa : Tuhan adalah bapak
b) Sakhyabhawa : Tuhan adalah sahabat
c) Dasyabhawa : Tuhan adalah majikan
d) Watsalyabhawa :
Tuhan adalah anak
e) Kantabhawa : Tuhan adalah suami
f) Madhuryabhawa :
Tuhan adalah segalanya
Realisasi ajaran Bhakti Yoga
dpt dilakukan melalui Nawa Widha Bhakti, yaitu:
a) Srawanam : mendengarkan wahyu Tuhan
b) Kirtanama : Menyanyikan nama Tuhan
c) Smaranam : mengingat nama Tuhan
d) Padasewanam : sujud dikaki Tuhan
e) Arcanam : mempersembahkan kembang-kembang harum
f) Wawadanam : merebhakan diri pasrah memuja Tuhan
g) Dasyanam : melayani Tuhan
h) Sakhyanam : Tuhan sahabat yang setia
i) Atmawedanam : penyerahan total pada Tuhan
b. Karma Yoga
Karma Yoga adalah Menyadari
keilahian dengan kerja tanpa keinginan
nafsu. Bekerja tanpa mngharap pahala, semua ditujukan kepada Brahman.
Jenis-jenis Bhakti Yoga:
b)
Kerja denga motif kepentingan diri sendiri atau
Pamerih
c)
Kerja dengan motif mengabdi kpd orang banyak atau
Pelayan
d)
Kerja demi kerja tanpa motif kepentingan.
Pedoman Bagi Seorang Karma Yogin
a) Lihat semua adalah Tuhan
b) Mengucapkan nama Tuhan
c) Makan Makanan yang Sattwika
d) Rasakan Tuhan adalah pengatur
e) Tidak mengharapkan buah kerja
f) Persembahkan segala kegiatan
g) Jangan mengingat apa yang telah
diberikan
h) Disiplin indriya
i) Jadilah orang menyenangkan
c. Jnana Yoga
Jnana Yoga adalah Realisasi Ketuhanan melalui
pengetahuan sehingga mampu melepaskan kebodohan dan akhirnya lepasnya belenggu Panca Maya Kosa terhadap
Atman, yaitu:
a)
Annamayakosa : badan jasmani
b)
Pranamayakosa : badan energi
c)
Manomayakosa : badan mental/pikiran
d)
Wijananamayakosa: badan kecerdasan
e)
Anandamayakosa : badan kebahagian
Jnana Yoga dapat dilaksanakan dengan 2
cara, yaitu kotempelasi dan meditasi, kemudian dlm kitab Vedanta dpt dilakukan
dng 3 cara, yaitu:
a)
Srawana : Studi
b)
Manana : perenungan
c)
Nididhyasana : mempraktekan
d. Yoga Marga
Yoga marga adalah Realisasi Ketuhanan melalui
pengontrolan pikiran atau Meditasi.
Pelaksanaan Raja Yoga dapat dilksanakan melalui dua tingkatan pokok, yaiyu:
a) Hatha Yoga : pemeliharaan kesehatan jasmani
b) Raja Yoga :
Pembinaan mental spiritual
pelaksanaan
Raja Yoga bukan berarti meniadakan tingkatan yoga yg lain, sebab keempat jalan tersebut tidak
bertentangan, saling melengkapi, saling mendukung, hal ini mengingat pendakian
spiritual dalam Raja Yoga dalakukan melalui Astangga Yoga.
Pengantar
Yoga sangat perlu kita ketahui dan kita pahami sebagai penunjang dalam
melaksanakan ajaran Yoga, semoga Tuhan memberikan waranugrahanya kepada kita
semua berupa kejernihan pikiran dan kebahagiaan.
“OM
SANTI SANTI SANTI OM”
DAFTAR
PUSTAKA
Jendra,
I Wayan. 2006. Samadhi Hening tanpa Kata.
Denpasar. Pustaka Bali Post.
Putu
Suambawa, Ida Bagus. 2003. Dasar-Dasar
filsafat Hindia. Denpasar. PT Mabhakti.
Pusat
Dokumentasi Kebudayaan Bali. 2006. Siwa
Tattwa. Denpasar. Upada Sastra
Svami
Sivananda. 2006. Java Yoga.
(Penerjemah: I Made Aripta Wibawa). Denpasar.
Paramita
Bhasma,
Ida Bagus Putu. 1993. Modul Yoga.
Jakarta
Sarasvati,
Svami Satyananda. 2002. Asana, Pranayama,
Mudra, Bandha. Surabaya. Paramitha
Pasraman
Yogadhi Paramaguhya. 2008. Tuntunan
Praktis Meditasi Taksu. Gianyar.
Gandapura
Penerjemah
: I.G.A.G. Putra. 1998. Wrhaspati Tattwa.
Surabaya. Paramitha
Buntoro,
Retno S. 1999. Meditasi. Surabaya.
Paramitha.
G.
Pudja. 2004. Bhagawad Gita. Surabaya.
Paramitha.
Nyoman
Pendit, 2007. Sad Darsana. Denpasar.
Pustaka Bali Post
No comments:
Post a Comment