Monday, December 17, 2018

STHIRAM SUKHAM ASANAM

STHIRAM SUKHAM ASANAM



Oleh: I Nyoman Ariyoga


“OM SWASTYASTU”

            Ajaran Yoga merupakan salah satu inti sari dari ajaran agama Hindu dimana ajaran yoga ini memudahkan seorang bakta untuk menyatukan diri dengan Tuhan. Dengan belajar yoga seseorang yang melakukan sadhana dengan baik akan mendapatkan manfaat yang luar biasa dalam hidupnya, karena yoga merupakan salah satu cara untuk berkonsentrasi, penenangan , pemujaan dan lain sebagainya.
            Filsafat Yoga sudah dikenal di Indonesia sejak berabad-abad yang lalu. Dimana ajaran Yoga ini disebarkan oleh para bakta atau para yogi dari India datang ke Indonesia dalam usahanya menyebarluaskan ajaran Veda kepada dunia. Salah satu bukti orientik ajaran yoga ini berkembang di Indonesia kita dapat temukan dalam naskah-naskah kekawin Arjuna Wiwaha, Sutasoma, Wraspati Tattw, Siwa Tattwa, Ghanapati Tattwa dan mungkin masih banyak lagi naskah-naskah peningalan dari agama Hindu yang mengajarkan ajaran Yoga.
            Yoga merupakan bagian dari filsafat Hindu yaitu Sad Darsana yang merupakan enam sudut pandang atau pengamatan manusia mengenai keyakinanya kepada Tuhan dan alam semesta ini. Ajaran Yoga merupakan bagian ke-4 dari filsafat Darsana. Dimana filsafat yoga ini mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat Samkya. Dimana filsafat Samkya memberikan kajian metafisika mengenai prinsif-prinsif alam semesta ini sedangkan filsafat Yoga memberikan prakteknya.
            Pada dasarnya Yoga menerima 25 prinsif atau tattwa dari Samkya dengan memberikan konsep Tuhan atau Iswara menjadi 26 tattwa. Yang terutama dalam filsafat Yoga ini adalah cara yang paling ampuh untuk mencapai pengertian pengetahuan tanpa diskriminasi yang menjadi pegangan dalam filsafat Sankhya sebagai kondisi jiwa untuk mencapai kelepasan. Dimana ke-25 prinsif dari filsafat Sankhya yang diterima oleh filsafat Yoga adalah sebagai berikut :
·         Purusa, Prakerti                             : 2
·         Budi, Manah, Ahamkara               : 3
·         Panca Budhi Indriya                     : 5
·         Panca Karmendriya                       : 5
·         Panca Tan Matra                           : 5
·         Panca Maha Bhuta                        : 5
            Dari ke-25 prinsif ini aliran Yoga mempergunakan alat-alat prinsif yang sama untuk mencapai yang benar dan sah.adapun prinsif-prinsif yang dimaksud dibagi dalam 5 (lima) kelompok.
Kelompok pertama mempergunakan :
a.       Kesadaran, kesimpulan, dan kata atau Sabda
b.      Pelaksanaan yoga adalah alat untuk mencapai perbedaan antara jiwa dan badan jasmani, pikiran dan panca indriya sebagai suatu kondisi untuk mencapai kelepasan.
c.       Orang harus memiliki nurani suci dan pikiran tenang. Yoga adalah pensucian jiwa dari proses pensucian dan badan jasmani. Yoga adalah jalan praktis untuk mencapai kelepasan.
d.      Jiwa adalah diluar peristiwa badan jasmani dan pikiran, di atas dosa, suka, duka, derita, kenikmatan, kematian dan kehancuran.
e.       Perubahan modifikasi jiwa
-          Menurut filsafat Sankhya perubahan modifikasi aliran jiwa dapat dicapai dengan pengetahuan, pengertian, studi, pemikiran serta meditasi tentang kebenaran.
-          Menurut filsafat Yoga perubahan modifikasi jiwa dapat dicapai dengan metode pensucian jiwa, menenangkan pikiran serta studi serta Samadhi untuk membedakan jiwa dengan badan jasmani dan pikiran.
            Tercapainya perubahan modifikasi jiwa ini oleh kedua aliran ini  baik Sankhya maupun Yoga dalah merupakan jalan yang sah untuk mencapai kelepasan jiwa atau mukti, moksa.
Kelompok ke-2 (dua) mempergunakan proses melalui:
a.       Pengertiann, kesadaran yang diperoleh dari persepsi, penglihatan, kesimpulan dan ucapan atau sabda yang diakui sebagai pengetahuan kebenaran atau Pramana.
b.      Pengertian, kesadaran yang salah atau palsu, termasuk kira-kira, keragu-raguan, dalih dan dugaan adalah Viparyaya
c.       Pengertian, kesadaran yang didasarkan atas gagasan yang disampaikan secara lisan adalah Vikalpa
d.      Sikap mental yang dikuasai oleh kemalasan, rasa kantuk, dan masa bodo adalah Nidra
e.       Pengertuan, kesadaran  yang didasarkan atas ingatan pada pengalaman masa lampau adalah Smrti
            Dalam hal ini jiwa mengalami perubahan secara semu, berada di atas Citta dan Vritti dimana jiwa sepertinya kelihatan namun hanya merupakan repleksi, ibarat bayangan dalam cermin.
(Nyoman. S Pendit. Sad Darsana, 2007 : 111) 

A.    Pengertian Yoga
            Sujud sembah kepada Maha Rsi Sri Patanjali yang memberikan penjelasan tentang sistem filsafat Raja yoga, yang mensisteminasi aliran filsafat yoga untuk pertama kalinya, didalam pustaka “Yoga Sutra” yang merupakan naskah dasarnya. Kata Yoga berasal dari bahasa Sansekerta yaitu akar kata “yuj” yang artinya menghubungkan atau menyatukan. Secara horizontal berarti  menyatukan tubuh dengan  pikiran jiwa kita  dalam keselarasan yang alami. Sedangkan secara vertikal berarti menghubungkan atau menyatukan kesadaran diri kita dengan Tuhan. Spirit individu atau jiwatman   dengan   spirit   universal atau paramatman. Yoga merupakan aktifitas pengendalian pikiran dan merupakan penyatuan roh pribadi dengan roh tertinggi. 
            Yoga yang didirikan oleh maharsi Patanjali merupakan cabang atau tambahan dari filsafat Samkya. Ia mempunyai daya tarik tersendiri bagi para murid yang memiliki tempramen mistis dan perenungan. Ajran yoga menyatakan bersifat lebih orthodox dari pada filsafat Samkya karena secara langsung mengakui keberadaan dari Mahluk Tertinggi atau Iswara. Tuhan menurut Rsi Patanjali adalah Purusa istimewa atau roh khusus yang tak terpengaruh oleh kemalangan kerja, hasil yang diperoleh dan cara memperolehnya. Padanya merupakan batas tertinggi dari benih kemahatahuan, yang tanpa terkondisikan oleh waktu, merupakan guru bijak bagi jaman dahulu. Dia bebas selamanya.
(Inti Sari Ajaran Agama Hindu, 2003 : 204)
            Dalam arti kebatinan Yoga adalah jalan atau prosesnya dalam melakukan sadhana, yang membawa semangat manusia berdekatan dan persatuan sadar dengan semangat suci atau peninggalan jiwatman dengan paramatman. Kalau angapan semangat manusia bersatu dengan semangat suci ditetapkan, yoga itulah jalanya untuk menyadarkan seorang calon rohaniawan, akan perwujudanya Jiwatman dengan Paramatman atau jiwa manusia dengan jiwa alam semesta. Dengan demikian dapat didasarkan, oleh semangatnya menembus tabirnya maya, yang tertutup oleh cipta dan benda, sehingga pengetahuan yang sejati atau tuhann, tidak dapat dikenalnya. Untuk mengenal pengetahuan ini dapat dicapai dengan jalan yoga yang membebaskan manusia dari ikatan maya
            Gherandha Samhitha menyatakan bahwa ”Tidak ada ikatan yang begitu kuat seperti Maya”  dan tidak ada kekuatan yang lebih besar dari pada yoga, untuk membasmi ikatan itu”. Dari sudut filsafat Advaita atau pendiri tunggal, yoga dalam arti peninggalan yang terakhir , tidak dapat mencocoki dengan pendiri yang berarti persatuan dengan yang serba dua, semangat Tuhan terlampau dan makan, makanan yang enak, pergi bertamasya, boleh jadi dikatakan oleh orang yang paling terikat. Apa yang ada padanya, tubuhnya sendiri mungkin merupakan satu-satunya ikatan yang paling hebat baginya, dan hidupnya hanya berjuang untuk kepentingan badanya saja.
            (Wraspati Tattwa, 1998 : 22) Menyatakan Vairagya atau ketidak terikatan atau kelepasan nafsu merupakan titik yang terpenting dalam semua bentuk Yoga. Keterikatan disini antara lain tidak terikat terhadap kesenangan, baik yang dilihat maupun yang didengar, pada badan yang sehat dinamakan Vairagya. Ketidak senangan kepada yoga tidak berarti ketidak terikatan. Arti sebenarnya adalah orang yang tidak senang kepada yoga bukan yogin melainkan orang yang menganut Vairagya. Ada kesenangan yang dilihat seperti halnya raja yang berkuasa, ada kesenangan dari yang didengar, seperti khayangan, yaitu tempat para Dewa. Kesenangan seperti itu, yang dilihat maupun yang didengar tidak diinginkanya. Bahkan menjadi rajapun ia tidak ingin. Lepas dari semua keinginan seperti itu dinamakan Vairagya.
            Komentar Bhagawad Gita tentang yoga adalah “suatu perasaan yang bebas dari rasa sedih dan penderitaan”. Dalam Bhagawad Gita dan Kitab Upanisad menyatakan “Jiwa  dalam kondisi dosa dan keduniawian adalah disebabkan karena hidup terpisah dan terasing dari roh tertinggi”. Kebebasan dapat diperoleh dengan cara melaksanakan yoga yang dimana di dalam Bhagawad Gita merupakan kitab petunjuk yang praktis melaksanakan yoga. Dimana Jiwa yang terasing dan terpisah dari roh yang tertinggi ini dapat menyatu kembali dengan melaksanakan ajaran yoga. Dan untuk menaklukan sifat jahat dalam diri kita di anjurkan untuk melaksanakan yoga dengan baik dan dengan penuh kepercayaan dan ketaan.
            Terpisahnya jiwa kita dengan jiwa yang langeng atau Paramatma, dan terbebasnya jiwa kita dengan Tuhan adalah disebabkan oleh ketidak tekunan kita yang dibungkus rapat-rapat oleh keakuan kita sendiri. Hal ini harus kita sadari dan satu-satunya jalan untuk mencapai kesadaran tersebut adalah Yoga. Agama Hindu mengakui berbagai jalan yang benar yang utama atau mulia yang hendak di tempuh bersatu dengan Tuhan. Ini tiada lain jalan utama yang dimaksudkan oleh Para Rsi kita adalah Yoga. Kulminasi atau kesadaran akan puncak tertinggi dari jalan yoga ini tiba pada suatu titik, menurut pernyataan Sri Krsna dalam Bhagawad Gita IX.31. bahwa “Dengan segera ia menjadi orang berjiwa kebenaran dan mencapai kebenaran kekal abadi; ketahuilah wahai putra Kunti, dengan pasti penganut-penganut tidak akan termusnahkan, yang mengantar orang ketujuan yang tertinggi bersatu dengan Tuhan” .
            Agar terlepasnya penderitaan dan dosa dalam hidup ini harus mencapai penyatuan spiritual. Bersatunya Jiwatman dengan Paramatman adalah indentik dengan penyatuan internal. Untuk mencapai sadhana yang tinggi itu juga perlu didukung dengan faktor psikologis manusia yaitu kebahagiaan. Kebahagiaan adalah suatu cita-cita manusia hidup di dunia. Tidak satupun manusia hidup tidak mempunyai cita-cita. Hakekat kebahagiaan itu dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu:
a.       Kebahagiaan duniawi atau ragawi yang terdiri dari Bhoga yaitu kecukupan akan makanan dan minuman. Upabhoga yaitu tempat tinggal yang layak, dan Paribhoga mempunyai istri atau pasangan hidup.
b.      Kebahagiaan rohani atau spiritual adalah suatu wujud kesadaran tertinggi dimana selalu dalam keadaan tenang, kebahagiaan, kejujuran, kebebasan, kelembutan, kehalusan dan keindahan.
c.       Kebahagiaan ragawi dan rohani adalah suatu penyatuan keseimbangan antara pikiran dan badan dimana selalu adanya kesetabilan yang terjaga dengan baik. Dan selalu mengembangkan tatanan kehidupan sehari-hari yang seyogyanya senan tiasa melaksanakan Panca Pilar hidup yang terdiri dari Satya, Dharma, Prema, Santi, dan Ahimsa.
            Menurut rsi patanjali dalam yoga sutra dimana memberikan upaya spiritual  mencapai kebahagiaan  dan  kesempurnaan melalui pengendalian tubuh, indra-indra dan pikiran serta melalui perbedaan atau Viveka.
            Menurut GD Prama Cara Sederhana untuk Bahagia (2008-07-14 14:42:44) Setiap orang pasti menginginkan hidupnya bahagia. Namun, bagi sebagian orang, kebahagiaan terkadang tak kunjung menghampiri, sehingga terasa "mahal." Padahal, menurut Gde Prama dalam seminar tentang “The starting point of beauty and happiness” kebahagiaan dapat diraih dengan beberapa cara mudah:
a.       Kebahagian sejati bukan berasal dari luar, melainkan ada di dalam diri kita sendiri. Belajarlah  menerima diri Anda apa adanya, sehingga Anda bisa merasakan kebahagian yang sesungguhnya.
b.      Stop membandingkan diri dengan orang lain. Setiap manusia dilahirkan dengan keunikan dan kelebihan sendiri. Dan tidak ada kehidupan yang lebih baik, selain bisa menjadi diri sendiri.
c.       Belajarlah memberi dengan rasa ikhlas. Jangan bebani hidup dengan imbalan, karena hanya akan mendatangkan kekecewaan jika Anda tak mendapatkannya. Anda bisa memulainya dengan hal-hal sederhana, misalnya selalu tersenyum atau memperhatikan orang-orang di sekeliling, sehingga orang-orang pun akan merasa nyaman berada di dekat Anda.
d.      Pandanglah setiap kesulitan dengan cara yang positif. Ini akan mendatangkan keindahan dan kebahagiaan. Semakin mampu menanggulagi kesulitan, Anda akan tampak semakin "bercahaya" dengan kekuatan yang Anda miliki.
e.       Jangan mematok hidup terlalu tinggi. Ketahuilah batasan kemampuan Anda, dan Anda akan merasa menjadi manusia yang lebih sempurna dan berarti.
f.        Jauhkan diri dari ketakutan, dekatkan diri pada Tuhan. Nikmati dan cintailah hal-hal kecil di sekeliling Anda yang dapat mendatangkan kebahagiaan, seperti mendengarkan suara burung di pagi hari atau bersenandung. 

B.     Yogas Citta Vrtti Nirodhah
            Di dalam Yoga Sutra Rsi Patanjali  menyebutkan “Yogas Citta Vrtti Nirodhah” artinya Yoga adalah membatasi, penghentian gerak gelombang pikiran. Dari pengertian sutra ini member petunjuk bahwa Vrtti atau gelombang-gelombang pikiran harus dikendalikan. Pikiran, karena fluktuasinya dapat mengaburkan pikiran itu sendiri dimana yang sebenarnya pikiran itu bersifat tenang, seimbang dan terpokus. Para yoga memberikan komentarnya tentang ajaran yoga bahwa kegiatan mengendalikan pikiran itu sebagai danau dan atma sebagai dasar danau itu. Bila air danau tidak henti-hentinya menghempas-hempas maka dasar danau itu atau Sang Pribadi atau Jiwatman tidak akan dapat dikendalikan karena airnya menjadi keruh. Dari itu Yoga memberikan petunjuk teknis, mengajarkan ilmu pengetahuan cara mengendalikan diri untuk menjernihkan pikiran serta membebaskan dari belenggu suku-suku di dalam hidup di dunia maya ini. pengendalian diri yang dimaksud dalam yoga ini adalah pengendalian diri yang dilakukan secara terus menerus bukan sementara waktu, perubahan itu untuk mengarahkan pikiran bersatu dengan Tuhan. Dengan demikian ajaran yoga adalah untuk mereka yang mengabdikan dirinya demi persatuan, ajaran yoga dilaksanakan secara sungguh-sungguh disiplin yang di ajarkan. Seseorang yang telah dapat dan berhasil melaksanakan ajaran yoga dengan sungguh-sungguh diberi gelar atau sebutan nama seorang “Yoga atau Yogin” . Cita merupakan pikiran, Vrtii merupakan gelombang-gelombang pikiran yang selalu liar geraknya kalau tidak dikendalikan dengan baik, Nirodhah adalah penahanan atau pembatasan gerak gelombang pikiran itu. Sekarang saya akan jelaskan dan uraikan dari dari ke-3 pariabel tersebut, dan bagaimana caranya mengendalikan gerak gelombang pikiran.

a.      Citta
            Citta merupakan pikiran, dimana sebenarnya keadaan pikiran ini selalu tenang dan murni. Tetapi karena adaanya pengaruh Vrtti menyebabkan pikiran ini menjadi liar dan perlu dikendalikan. Pikiran yang tidak di kendalikan akan menjadi persoalan hidup, dimana pikiran itu selalu gelisah, cemas, gusar, dan tertekan. Ini semua akan menyebabkan diri kita isomenia dan pobia. Pikiran manusia adalah sugesti untuk kehidupanya, jadi baik-baiklah berpikir supaya sugesti kita selalu tertuju kepada hal yang positif. Melalui pikiran manusia bisa menuju dua hal yang pertama bisa menuju Bandha atau belenggu diamana hal ini di pengaruhi oleh guna Rajas dan Tamas. Yang kedua pikiran manusia bisa menuju Kaivalya yaitu kebebasan sejati.
            Pada hakekatnya pikiran manusia bisa bergelombang atau Vrtti karena adanya pengaruh Tri Guna. Baik itu Guna Satwam dimana pikiran selalu mengikat atau terkendali kearah yang positif, Guna Rajas dimana pikiran selalu bergerak liar dengan penuh khayalan, dan Guna Tamas dimana pikiran selalu lesu, lemah dan kasar. Adanya pengaruh dari Tri Guna ini di dalam pelaksanaan yoga menyebabkan adanya 5 (lima) macam modifikasi pikiran diantaranya sebagai berikut:
a)      Ksipta diamana pikiran tingkat ini di pengaruhi oleh Guna Rajas dan Tamas. Pikiran Ksipta ini pikiran selalu berkelana menikmati objek duniawi. Didalam pelaksanaan yoga bila pikiran pada tingkatan ksipta akan sangat sulit berkonsentrasi karena banyaknya sasaran yang ingin dituju dan yang di pikirkan, sehingga pikiran tidak bisa menukik dalam suatu pandangan yang bulat dan tajam.
b)      Mudha diamana pikiran ini di pengaruhi Guna Tamas, dimana pikiran ini selalu dalam ke adaan malas, lesu, lemah dan terlebih lagi pikiran ini mengalami tidur atau pikiran tidak aktif dengan baik. Dalam pelaksanaan yoga  bila pikiran tingkat Mudha akan sulit berkonsentrasi karena orang yang terbawa pikiran ini akan banyak mempunyai anagan-angan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan menginginkan hasil yang cepat tanpa mau berusaha dengan maksimal.
c)      Wiksipta dimana pikiran ini di pengaruhi oleh Guna Satwam dan Rajas. Dalam melaksanakan yoga dimana pikiran ini sedang bergoyang antara dyana atau meditasi dan objek sasaran.
d)      Ekagra dalam tingkatan ini pikiran di pengaruhi oleh Guna  Satwam, dimana pikiran dan perasaan selalu fokus terhadap objek sasaran yang ingin di capai sehingga terjadi konsentrasi tunggal.
e)      Nirudha dalam tingkatan ini seseorang yang melalukan yoga pikiranya sudah terkendali, mengalir terus menerus terhadap objek sasaran dan terjadinya penunggalan. Antara Jiwatman dan Paramatman. Pikiran ini sudah tahan Samadhi, penyatuan dengan Tuhan.
            Pikiran yang pada tahapan Ekagra dan Nirudha akan menghasilkan Savikalpa Samadhi atau juga dalam istilah Samprajnyata Samadhi. Pada tingkatan Samadhi ini objek Samadhi ini masih didasari oleh si penghayat atau seseorang yang melaksanakan Sadhana ini. Orang yang dalam Samprajnyata Samadhi masih tetap sadar akan kehadiran objek dan dengan berbagai kemungkinan pikiran diataranya sebagai berikut:
a)      Sawitarka yaitu dengan pertimbangan atau dengan memakai objek
b)      Sawicara yaitu dengan renungan atau memakai indriya-indriya halus
c)      Nirwicara yaitu tanpa renungan atau dengan memakai rasa
d)      Saananda yaitu dengan kegembiraan
e)      Saasmita yaitu dengan arti kepribadian atau mencari Tuhan di dalam diri
            Samadhi tingkat ini bisa dikatakan seorang bakta masi dalam keragu-raguan karena mengalami proses yang lama dan susah untuk berkonsentrasi. Ini dikarenakan proses dari Yama, Nyama, Asana, Pranayama, da Prathyahara kurang baik, sehingga proses selanjutnya pun menemukan jalan yang kurang mulus.
            Bilamana pikiran seorang bakta pada tingkatan Nirudha akan mencapai Nirvikalpa Samdhi atau Asamprajnata Samadhi  adalah Samadhi yang telah mampu memusatkan dan menyatukan ketiga unsur Tri Guna, sehingga si penghayat, proses penghayatan, dan objek penghayatan lebur menjadi satu. Bakta merasakan dirinya sebagai Brahman. Proses penghayatan adalah Brahman dan objek sasaran penghayatan pun adalah Brahman. Pada tahapan ini seorang bakta akan merasa tenang, tiada keresahan yang menyelimuti pikiran dan perasaanya. Diamana seorang bakta akan merasakan kebahagiaan. Dia merasakan hening, sepi, nyaman, dan menyatu dalam kesadaran Paramatman.
(Wayan Jendra. Samadhi Hening Tanpa Kata, 2006 : 66)

b.      Vrtti
            Vrtti adalah peristiwa yang sudah terjadi dan menjadi akibat pada diri manusia. Vrtti merupkan gelombang-gelombang pikiran yang harus dikendalikan dan di arahkan dengan jalan melaksanakan yoga. Vrtti dapat di bagi menjadi 2 (dua) diantaranya sebagai berikut : Aklisa yaitu gelombang pikiran halus dan Klisa yaitu gelombang pikiran keras dan kasar. Pada dasarnya tahapan-tahapan yoga itu bertujuan untuk mengendalikan dan menghentikan geraknya gelombang pikiran. Rsi Patanjali membagi Vrtti menjadi 5 (lima) diantaranya sebagai berikut:
a)      Pramana yaitu pengamatan yang benar
b)      Wiparyaya yaitu pengamatan yang salah atau berprasangka buruk
c)      Wikalpa yaitu pengamatan yang ada dalam kata-kata atau angan-angan
d)      Nidra yaitu pengamatan dalam keadaan tidur atau mimpi
e)      Smrti yaitu pengamatan terhadap sesuatu yang di ingat dari sesuatu yang dialami atau gelombang bayangan masa lampau. Untuk menenangkan Smrti ini bisa dilakukan dengan Abhayasa yaitu hal-hal baik di praktekan, dan hal-hal buruk di tinggalkan. Dan dengan melakukan Catur Paramitha.
            Dari perubahan Vrtti ini Sang Jiwa yang ada di dalam diri itu memandang dirinya mengalami kelahiran, kematian, tidur, jaga, berbuat salah, dan benar. Dimana sesungguhnya Sang Jiwa itu mengatasi segala hal. Semua perubahan Vrtti muncul dari klesa-klesa atau kesulitan-kesulitan yang merintangi yang menimbulkan kesusahan dan kesedihan dalam hidup ini. Adapun klesa-klesa itu adalah sebagai berikut :
a)      Awidya yaitu ketidaktahuan
b)      Asmitha yaitu kesombongan atau keakuan
c)      Raga yaitu keterikatan pada hal-hal yang bersifat duniawi
d)      Dwesa yaitu kemarahan, keserakahan, dan antipati
e)      Abhiniwesa yaitu ketakutan yang berlebihan terhadap kematian.
            Dalam melaksanakan yoga seseorang hendaknya mengendalikan dan menghapus semua Vrtti dan klesa-klesa itu, sekurang-kurangnya memperkecil pengaruhnya. Untuk mengendalikan dan enghilangkan klesa-klesa itu seluruhnya sungguh sangat sulit, karena itu merupakan warisan yang sekarang kita bawa dari kehidupan yang terdahulu. Hanya dengan melatih dan memperkecil sedikit demi sedikit pengaruh Vrtti dan klesa-klesa itu dalam diri kita, dengan melaksanakan ajaran Yoga dengan baik, disiplin, teguh, dan sabar.
(Pemerintah Provinsi Bali. Siwa Tattwa, 2006 : 68)

c.       Nirodhah
            Nirodhah merupakan pembatasan, penghentian gerak dari gelombang pikiran. Dimana Nirodhah ini hanya memutuskan, pembatasan, dan penghentian kegoncangan-kegoncangan pikiran yang membelenggu seorang bakta melakukan yoga sehingga sulit untuk berkonsentrasi. Dimana Nirodhah ini sebenarnya mengarahkan pikiran kepada hal yang positif dengan jalan melaksanakan Astangga Yoga dari Rsi Patanjali begitu juga Sad Angga Yoga, niscaya semua gelombang-gelombang pkiran yang membelenggu pikiran manusia akan hilang, sehingga seorang bakta bisa merasakan ketenangan, keheningan, kenyamanan, kebahagiaan dan kesadaran sejati.

C.    Disiplin Yoga
            Di dalam ajaran yoga kita sering sekali kebingungan mengartikan tentang gerakan-gerakan di dalam prakteknya. Ada yang hanya meditasi penenangan dan ada juga yang melakukan gerakan-gerakan asanas. Bagi orang yang sudah bagus pemahamannya mengenai ajaran yoga hal tersebut tidak akan membingungkan. Karena pada dasarnya yoga memberikan 2 (dua) disiplin, baik itu disiplin gerak maupun disiplin diam. Yang dimana pada dasarnya ke-2 disiplin tersebut merupakan sifat dari ajaran yoga yang mempunyai kesatuan yang utuh. Diamana seorang bakta bila hanya menekankan pada disiplin gerak saja atau Hatha Yoga tentu didalam proses akhir atau sadhana spritualnya tidak akan berjalan dengan baik, begitu juga biala seorang bakta hanya menekankan pada disiplin diam atau Raja Yoga saja, tentu kesehatan jasmani dan rohaninya tidak akan selalu dalam keadaan baik, karena otot-otot dan fungsi-fungsi badan tidak akan berfungsi dengan baik. Tentu dalam hal ini perlunya ke seimbangan ke-2 disiplin ini, baik disiplin gerak maupun disiplin diam. Pada pembuatan tugas ini saja akan menguraikan disiplin gerak dan disiplin diam yang pernah bapak jelaskan didalam kelas.

a.      Disiplin Gerak
            Disiplin gerak merupakan sebuah olah tubuh yang memberikan manfaat pada jasmani dan rohani manusia. Dimana secara struktur tubuh manusia tersusun atas jutaan sel-sel yang membentuk organ-organ dan sistem anatomi manusia. Dimana di dalam hal ini bila tubuh ini tidak pernah di gerakan tetu lama-lama fungsi-fungsi organ tubuh manusia akan tidak berfungsi dengan baik dan menyebabkan beberapa penyakit yang mengakibatkan fatal. Kesehatan adalah kunci utama dalam melaksanakan yoga, dalam fisik yang sehat pasti ada jiwa yang sehat, sehingga dalam hal ini kesehatan fisik sangat memberikan peranan yang utama. Dimana fisik merupakan pondasi sepiritual yang harus dikokohkan supaya untuk sadhana yang lebih lanjutnya bisa berjalan dengan baik.
            Disiplin gerak Bermanfaat menguatkan fisik, mengurangi kekakuan sendi,  mengontrol  kesehatan saraf dan kelenjar tubuh, membantu keseimbangan energi dan kenyamanan tubuh untuk sehari-hari, dan peremajaan sel-sel tubuh. Seperti praktisi yoga tampak lebih muda karena sering berlatih yoga dengan teratur dan pebuh dengan disiplin dan ketaatan dalam kehidupanya. Ajaran Yoga dari Rsi Patanjali sangat banyak memberikan berbagai tingkatan olah tubuh dari asana-asana yang tingkat rendah, menengah dan asana tingkat tinggi. Gerakan asana ini memberikan manfaat yang mengkhusus setip gerakannya dan cara dan bentuk gerakanya juga berbeda. Sehingga dalam peremajaan tubuh bisa dilakukan dengan gerakan asana-asana dalam yoga. Sebelum seseorang bakta yoga melakukan gerakan yoga diharapkan untuk tidak makan dan tidak minum selama minimal 3 jam sebelum melaksanakan gerakan yoga, karena dalam kondisi seperti ini, memungkinkan untuk mengurangi rasa sakit pada perut dan muntah-muntah. Selain itu juga sebelum melaksanakan gerakan yoga, di harapkan membersihkan diri atau badan terlebi dahulu dengan cara mandi atau acamana yaitu membersihkan kaki, tangan, muka, rambut, dan kesepuluh indriya. Karena dalam gerakan yoga merupakan salah satu cara untuk menyembah tuhan dengan berbagai simbul-simbul beliau di dunia ini dengan berbagai gerakan dan mantra-mantra.
            Sebelum saya lebih lanjut menjelaskanya ke tahapan Surya Namaskara dalam disiplin gerak, terlebih dahulu seorang bakta harus melakukan penenangan di atas mantras yang sudah disiapkan. Fungsi matras disini adalah untuk menetralkan gerak gravitasi bumi supaya energi seorang bakta tidak diisap oleh Pertiwi. Adapun penenangan disini dengan sikap duduk Padmasana, Sidasana, Silasana ataupun Sukhasana untuk yang laki-laki sesuai dengan kemampuan bakta tersebut dengan badan, leher, dan kepala yang tegak. Dan sikap Vajrasana bagi bakta perempuan. Dengan sikap seperti ini  melakukan penenangan adapun mantra-mantra yang harus di ucapkan seorang bakta dengan serius dan penuh keyakinan. Disini akan saya terakan mantra-mantra tersebut, yaitu :
a)      Gayatri Mantram
            Om bhur bhuvah svah
            Tat savitur varenyam
            Bhargo devasya dhimahi
            Dhiyo yo nah pracodayat.
Terjemahanya :
            Ya, Tuhan yang menguasai ketiga dunia ini,
            Engkau maha suci dan sumber segala kehidupan,
            Sumber segala cahaya. Semoga Tuhan melimpahkan
            Pada budi nurani kita, penerangan cahayamu yang Maha Suci.

b)      Mantram Guru
            Om Guru Brahma, Guru Wisnu, Guru Deva Mahesvara,
            Guru Sat Sat Param Brahman Tasmy Sri Guru Way Namah.
Terjemahanya :
            Tuhan sebagai pencipta alam dan isinya,
            Tuhan sebagai pemelihara dan mendidik
            ciptaannya, Tuhan sebagai Pemerelina
            ciptaannya, yang semuanya bersumber
            pada Tuhan selalu menuntun umatnya
            menuju kebahagiaan yang abadi.
c)      Siva Puja
      Om Trayambhakam yajamahe
      Sugandhim pustiwardhanam
      Urwa rukamiwa bhandanam
      Mrtyor mukshiya ma amertat
Terjemahanya:
            Tuhan kami memuja Dewa Siwa yang bermata tiga
            Yang mengayomi dan menebarkan wewangian di
            Dalam Kehidupan kita, semoga beliau membebaskan
            Kami  dari berbagai goncangan penderitaan.
(Pasraman Yogadhi Paramaguhya. 2008. Tuntunan Praktis Meditasi Taksu, 10 )

            Jadi sebelum melaksanakan Yoga seorang bakta harus memohon anugrah terlebih dahulu kepada Tuhan yang Maha Esa dan Dewa Siwa sebagai dewanya Yoga. Dengan mengucapkan mantra-mantra tersebut seorang bakta akan terlindungi dari segi niskala, karena sudah memohon restu dan ijin dari Tuhan untuk melaksanakan yoga.
            Berbagai pemanasan-pemanasa yang harus dilakukan sebelum melaksanakan Surya Namaskara atau asanas-asanas lainya, terlebih dahulu seorang bakta harus melakukan gerakaran yang disebut dengan Pavanamutaksana, dimana dalam gerakan ini adalah memulihkan fungsi-fungsi otot yang kaku dan peredaran darah yang kurang baik sehingga mencegah datangnya penyakit rematik. Gerakan ini seperti penekukan kaki, pemutaran pergelangan lutut, sikap  kupu-kupu, jalan bangau, pengepalan tangan, penekukan siku, pemutaran persendian bahu, pemutaran leher, dan sikap-sikap penahanan energi dalam asanas berbaring. Ini merupakan asanas pemanasan sebelum melakukan gerakan lebih lanjut supaya otot-otot tidak terkejut bila langsung ke asanas-asanas yang lebih lanjut, seperti Surya Namaskara, selain itu juga manfaat dari pavanamuktasana ini supaya tidak terjadi cedra yang tidak di inginkan dalam setiap bagain tubuh bila salah melakukan gerakan-gerakan asana tingkat sederhana dan tinggi.

a.      Surya Namaskara
            Gerakan Surya Namaskara merupakan sikap dan gerakan untuk pemujaan Dewa Surya, yang dimana terdiri dari 12 sikap badan, masing-masing berhubungan dengan salah satu dari 12 lambang zodiak. Satu putaran yang lengkap dari Surya Namaskara yang terdiri dari 12  sikap badan ini dilakukan secara berturut-turut. Terkait dengan masing-masing dari 12 sikap tersebut ada sebuah mantra, yang mana untuk manfaat yang terbaik hendaknya diulangi secara lisan dan secara mental. Setiap gerakan dari Surya Namaskara memberikan manfaat yang berbeda-beda dalam setiap anggota tubuh. Disini saya akan jelaskan mengenai ke-12 gerakan Surya Namaskara.
a)      Pranamasana (Sikap berdoa)
            Berdiri tegak dengan kedua kaki rapat. Letakan kedua telapak tangan bersamaan didepan dada. Kendorkan seluruh tubuh. Nafas normal, berkonsentrasi pada Anahata cakra. Dengan mengucapkan mantra Om Mitraya Namaha yang artinya penghormatan kepada teman semua. Diaman gerakan ini memberikan manfaat membentuk suatu keadaan konsentrasi dan ketenangan dalam persiapan untuk latihan yang dilakukan.
b)      Hasta Uttanasana (Sikap kedua lengan terangkat)
            Angkatlah kedua lengan di atas kepala, kedua lengan diregangkan menurut lebar bahu sendiri, tekuklah kepala dan bagian tubuh ke belakang. Nafas pada sikap ini adalah tariklah nafas ketika mengankat kedua lengan. Konsentrasi pada Visuddha cakra. Dengan mengucapkan mantra Om Ravaye Namaha yang artinya penghormatan pada yang bersinar cemerlang. Gerakan ini mempunyai manfaat meregangkan isi rongga perut, menghilangkan kelebihan lemak, dan memperbaiki pencernaan. Melatih otot-otot lengan dan bahu, menyelaraskan urat-urat syaraf tulang belakang, dan membuka seluruh bilik paru-paru.
c)      Padahastasana (Sikap tangan sampai kaki)
            Membungkuklah kedepan sampai jari-jari tangan atau kedua tangan menyentuh tanah pada setiap sisi atau didepan kaki. Cobalah menyentuh lutut dengan dahi anda, jangan tegang, tahanlah kedua kaki tetap lurus. Nafas dalam sikap ini adalah hembuskan nafas selama membungkuk kedepan, cobalah mengerutkan perut pada setiap posisi akhir untuk menghembuskan jumlah udara yang tinggi. Konsentrasi pada Swadhisthana cakra. Dengan mengucapkan mantra Om Surya ya Namaha yang artinya penghormatan kepada yang menyebabkan ksegala aktivitas. Dimana sikap ini memberikan manfaat dalam melenyapkan dan mencegah sakit perut atau berbagai penyakit perut. Menguranggi kelebihan lemak pada daerah perut, memperbaiki pencernaan, dan membentu menghilangkan sambelit. Memperbaiki peredaran darah, membuat tulang belakang lemas dan menyelaraskan syaraf-syaraf tulang belakang.
d)      Asvasancalanasana (Sikap menunggang kuda)
            Rentangkan kaki kanan ke belakang sejauh mungkin, pada waktu yang sama tekuklah lutut kiri tetapi tahanlah agar kaki kiri tetap pada posisi yang sama. Kedua lengan harus tetap lurus dan dalam posisi yang sama. Pada posisi akhir, berat tubuh harus disangga pada kedua tangan, kaki kiri, lutut kanan, dan jari-jari kanan. Kepala harus dimiringkan kebelakang, punggung dilengkungkan dan pandangan ditunjukan keatas. Napas pada posisi ini adalah tariklah nafas ketika merentangkan kaki kanan kebelakang. Konsentrasi pada Ajna cakra. Dengan mantra Om Bhanave Namaha yang artinya penghormatan kepada yang menerangi. Dimana sikap ini memberikan manfaat memijat organ-organ perut dan memperbaiki fungsinya. Otot-otot kaki akan diperkuat, dan keseimbangan urat syaraf akan tercapai.


e)      Parvatasana (Sikap gunung)
            Luruskan kaki kiri dan letakan kaki kiri tersebut disamping kaki kanan, angkatlah pantat supaya mengunung dan turunkan kepala sehingga berada di kedua lengan, dimana dari samping tubuh membentuk dua sisi segitiga. Kedua kaki dan lengan harus lurus pada posisi akhir, cobalah agar kedua tumit bersentuhan dengan tanah pada sikap ini. Nafas sukap ini adalah hembuskan nafas selama meluruskan kaki kiri dan dan membungkukan tubuh. Konsentrasilah pada Visudha cakra. Dengan pengucapan mantra Om Khagaya Namaha yang artinya penghormatan kepada yang bergerak cepat dilangit. Manfaatnya gerakan ini adalah menguatkan syaraf dan otot-otot pada kedua lengan dan kaki. Melenturkan tulang belakang pada arah yang berlawanan menuju sikap sebelumnya dan lebih jauh membantu membuatnya lemas. Menyelaraskan urat syaraf tulang belakang dan memberikan syaraf-syaraf tersebut aliran darah yang segar.
f)       Astangga Namaskara (Pemberian hormat dengan 8 anggota badan)
            Rendahkanlah tubuh ketanah sehingga pada posisi akhir hanya jari-jari kedua kaki, kedua lutut, dada, kedua tangan, dan dagu yang menyentuh tanah. Pinggul dan perut harus sedikit diangkat menjauhi tanah. Nafas pada sikap ini dihembuskan atau tanpa pernafasan. Berkonsentrasi pada Manipura cakra. Dngan pengucapan mantra Om Pusne Namaha artinya penghormatan pada yang memberi kekuatan. Manfaatnya adalah menguatkan otot-otot kaki dan lengan dan memperkuat dada.
g)      Bhujangasana (Sikap kobra)
            Angkatlah tubuh dari pinggang dengan meluruskan lengan, lenturkan kepala kebelakang, dan tingkatkan ini selama posisi akhir pada Bhujanggasana. nafas pada posisi ini adalah tariklah nafas ketika mengangkat tubuh dan melengkungkan punggung. Konsentrasi pada Swadisthana cakra. Degan pengucapan mantra Om Hiranya Garbhaya Namaha yang artinya penghormatan pada disi kosmis keemasan. Manfaat dari sikap ini adalah perut ditekan, membantu menekan darah yang berhenti dari organ-organ perut dan mendorong aliran darah segar. Sikap ini sangat bermanfaat bagi semua penyakit perut, termasuk ketidak mampuan mencerna dan sembelit. Melengkungkan punggung melatih tulang belakang, membuat otot-otot lemas dan memberikan kembali pada syaraf-syaraf tulang belakang yang paling penting.
h)      Parvatasana (Sikap gunung)
            Tingkatan ini merupakan pengulangan dari posisi lima, dari posisi punggung yang dilengkungkan ambilah sikap gunung seperti posisi yang sebelumnya. Nafas pada sikap ini adalah dihembuskan. Dengan konsentrasi pada Visuddha cakra. Dengan pengucapan mantra Om Maricaye Namaha yang artinya penghormatan pada penguasa fajar. Dengan manfaat yang sama seperti pada gerakan kelima.
i)       Asvasancalanasana (Sikap menunggang kuda)
            Tingkatan ini sama seperti posisi empat. Tekuklah kaki kiri dan bawalah kedepan sehingga berada dekat kedua tangan dan turunkanlah serentak lutut kanan sehingga menyentuh lantai. Nafas pada posisi ini adalah tariklah nafas ketika melakukan posisi ini. Dengan konsentrasi pada Ajna cakra. Dengan mengucapkan mantra Om Adityaya Namaha yang artinya penghormatan kepada putra Aditi. Aditi adalah salah satu nama dari ibu kosmis tak terbatas.
j)       Padahastasana (Sikap tangan sampai kaki)
            Posisi ini merupakan pengulangan dari posisi tiga. Letakan kaki kanan disamping kaki kiri. Luruskan kedua kaki dan cobalah untuk membawa dahi sedekat mungkin kelutut. Jangan memaksakan diri jika tidak mampu menyentuh lutut karena bisa cedra, tetapi jangan menekuk kedua kaki. Nafas pada posisi ini adalah hembuskan nafas, konsentrasi pada Svadisthana cakra, dengan mengucapkan mantra Om Savitre Namaha yang artinya penghormatan pada ibu yang penuh kebijakan.
k)      Hasta Uttanasana (Sikap kedua tangan terangkat)
            Tingkatan ini merupakan pengulangan pada posisi dua. Luruskan seluruh tubuhdan angkatlah kedua lengan anda keatas kepala. Kedua lengan direnggangkan selebar bahu, lengkungkanlah kepala dan kedua lengan sedikit kebelakang. Lakukanlah tarikan nafas selama meluruskan tubuh, konsentrasi pada Visuddha cakra, dengan pengucapan mantra Om Arkaya Namaha yang artinya penghormatan kepada yang pantas dipuji.
l)  Pranamasana (Sikap sembahyang)
            Ini adalah sikap terakhir sama pada posisi pertama. Bawalah kedua tangan didepan dada dan letakan kedua telapak tangan bersama-sama dan kendorkan seluruh tubuh. Nafas pada posisi ini adalah hembuskan nafas, konsentrasi pada Anahata cakra, dengan mengucapkan mantra Om Bhaskaraya Namaha yang artinya penghormatan kepada yang membawa kecerahan.
              Inilah ke-12 gerakan Surya Namaskara yang diamana dalam spiritual merupakan pemujaan kepada Dewa Matahari atau Surya. Untuk berbagai manfaat kerohanian lakukan 3 sampai 12 putaran secara perlahan. Untuk amnfaat fisik lakukan 3 sampai 12 putaran dengan lebih cepat. Para pemula hendaknya jangan melakukan banyak putaran. Lakukanlah semampunya saja dan jangan sampai memaksakan, karena bisa menyebabkan cedra bila terjadi kesalahan gerak pada fisik yang kelelahan. Gerakan Surya Namaskara merupakan salah satu gerakan dari disiplin gerak dan merupakan salah satu gerakan yang paling praktis dan efektif dari asanas-asanas lainya karena gerakan Surya Namaskara sudah menjangkau semua gerakan asanas lainya.     
(Sarasvati, Svami Satyananda. 2002. Asana, Pranayama, Mudra, Bandha, 133)

b.      Disiplin Diam
            Disiplin diam merupakan sebuah pelaksanaan ajaran yoga yang tidak banyak melakukan gerakan-gerakan dan aturan-aturan. Dimana seseorang hanya duduk dengan sikap yang disukai seperti Silasana, Sadhasana, Padmasana, Vajrasana, ataupun Sukasana. Dalam disiplin diam ini biasanya hanya digunakan untuk sikap meditasi, pranayama, dan penenangan. Selain itu juga didalam disiplin diam untuk menghentikan alat-alat indriya mulai dari menutup mata, menghentikan fungsi kaki dengan sikap duduk Padmasana, dan penghentikan gerakan tangan dengan melipat tangan diatas paha. Manfaat dari disiplin diam adalah Memberikan relaksasi ketenangan, kejernihan pikiran, rasa pada  berkembangnya intuisi. Hal ini dilakukan dengan meditasi yoga dengan mengatur pernapasan dengan baik supaya fungsi paru-paru bisa berfungsi dengan baik sehingga memberikan kesegaran dalam tubuh, dengan sikap yoga yang sempurna.
D.    Astangga Yoga
            Rsi Patanjali telah memberikan kita semua untuk melaksanakan ajaran yoga dalam berbagai tahapan-tahapan yang dimana tujuanya untuk menyatukan Jiwatman dengan Paramatman. Dalam yoga Rsi Patanjali desebutkan ada 8 (delapan) tahapan, yang dimana tujuan terakhirnya adalah Samadhi atau kaivailya. Adapun kedelapan pembagian tersebut mempunyai kaitan yang sangat erat, seperti bagan berikut berikut :

a.       Yama
Ahimsa
Brahmacari                                             Latihan Moral
Satya
Aparigraha                          Etika
Asteya                     Yoga


b.      Nyama
Sauca                                                                                    Hatha Yoga
Santosa
Tapa
Swadhyaya                  Kriya Yoga
Isvarapradidhana

c.       Asana                   
                                    Latihan Fisik                                    Kaivalya      
d.      Pranayama

e.       Prathyahara
                                    Latihan Mental
f.        Dharana

g.      Dhyana                        Latihan Spiritual           Samyama Raja Yoga     

h.      Samadhi                      Proses Akhir                    


            Astangga Yoga merupakan bagaimana cara untuk menghentikan gerak gelombang-gelombang pikiran, sehinggga kita menjadi tenang dan terkendali, melalui tahapan-tahapan Astangga yoga, penjelasan setiap bagianya adalah sebagai berikut :
a.      Yama Brata
            Yama Brataialah brata atau disiplin pengendalian diri untuk mencapai kesempurnaan rohani dan kesucian bathin berupa Dharma dan Moksa. Yama Brata juga di sebut Yama Sadhana yaitu prilaku untuk pengendalian diri mencapai kesempurnaan. “Sadha” berarti menyempurnakan. Sadhana berarti kesempurnaan. Yama Brata dari lima aspek yang prinsip yaitu:
a)      Ahimsa artinya tidak menyakiti, tidak membunuh, tidak melakukan kekerasan, tidak melukai mahluk hidup. Dalam hal ini yang paling utamakan adalah bagaimana kita bisa menjaga hubungan yang harmonis dengan lingkungan tempat tingal kita. Baik dengan sesame manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Baik kita tidak menyakiti dengan perbuatan, perkataan, dan pikiran yang iri dan dengki.
b)      Satya artinya kebenaran, jujur, dan bertangung jawab dimana kita harus senantiasa  menjaga nilai-nilai satya ini. Ada lima banyaknya yang terdiri dari Satya Wacana yaitu jujur dalam perkataan, Satya Mtra yaitu jujur dan setia dalam pergaulan, Satya Laksana yaitu bertangung jawab atas segala perbuatan, Satya Hrdaya yaitu setia pada kata hati, dan Satya Semaya yaitu setia pada janji.
c)      Asteya artinya pantang mengingini sesuatu yang bukan miliknya sendiri atau pantang mencuri
d)      Brahmacarya artinya pantang kenikmatan seksual atau pengendalian nafsu seksual.
e)      Aparigraha artinya tidak menerima pemberian yang berlebihan dari orang lain atau menerima pemberiaan yang tidak penting dari orang lain. Ini bermakna bahwa kalau kita telah menerima pemberiaan yang tidak penting dari orang lain akan mengikat kita untuk bisa membalasnya dan cendrung bersifat duniawi.
            Kelima perintah ini hendaknya wajib dan dipertahankan dalam setiap keadaan, karena merupakan kode kelakuan yang universal, yang harus diterima dan tidak memerlukan penafsiran. Ini merupakan kode yang alamiah untuk mahluk manusia.

b.      Nyama
            Secara prinsip dapat dikatakan bahwa Yama Brata menekankan pelaksanaan pengendalian daripada tingkat fisik dan psikis, sedangkan dalam Niyama Brata merupakan latihan penguasaan dan pengendalian diri yang berimbang antara fisik, psikis dan spritual atau bathin yang lebih mendalam. Niyama Brata terdiri dari lima unsur yaitu:
a)      Sauca atinya suci lahir batin. Para siswa yoga sangat dianjurkan melakukan sauca untuk meningkatkan kesucian dirinya. Sauca juga menganjurkan kebijakanuntuk melakukan Sattwasudhi yaitu kesucian pikiran dalam wujud kebenaran, Saumanasya yaitu hati yang selalu gembira dalam wujud kedamaian, Ekagrata yaitu pemusatan budhi yang memberikan kesadaran jasmani dan rohani pada diri, Atmadharsana yaitu realisasi diri yang sejati.
b)      Santosa Artinya adalah puas dengan apa yang datang dengan wajar. Kepuasan mengantarkan kepada kita kepada rasa kebahagiaan, sedangkan ketidakpuasan mengantarkan pada kesusahan.
c)      Tapa artinya tahan uji terhadap ganguan-ganguan. Melalui pantangan badan menjadi lebih kuat dan bebas dari noda-noda dan gaguan-ganguan yang bertentangan dengan dharma.
d)      Swadhyaya artinya mempelajari buku-buku agama dengan teratur. Melalui Swadhyaya kita akan dapat mendekatkan diri dengan hal-hal yang bersifat ketuhanan. Kita akan memperoleh sesuatu tentang apa yang dipelajari, dikenal dengan Istadewata Suprayogah yaitu persatuan dengan yang telah dicita-citakan.
e)      Iswarapranidhana artinya penyerahan dan pembaktian kepada tuhan. Hal ini akan dapat mengantarkan kita pada Samadhi.
            Jadi seperti itulah kedua tahap pengendalian diri yang haruus di tekuni dan dilaksanakan oleh seorang siswa yoga terlebih lagi untuk kita semua sebagai umat yang beragama yang mempunyai ahklak mulia
(Pusat Dokumentasi Kebudayaan Bali. 2006. Siwa Tattwa, 70)

c.       Asana
            Seorang yang akan melaksanakan Samadhi sebaiknya menyiapkan peralatan berupa tikar yang terbuat dari rumput kusa. Diatas tikar dibentangkan sehelai kulit rusa, kemudian ditumpuk lagi dengan kain putih yang tipis, sehingga tinginya sekitar 2,5 sampai 5 centimeter. Kalau tidak ada peralatan seperti itu, diusahakan alat yang dapat menetralkan daya serap dan daya isap lantai. Kenapa harus disediakan alat sedemikian, karena sifat tanah atau Ibu Perthiwi yang mempunyai daya tarik atau gaya grafitasi. Seperti contohnya bila sepotong besi atau batu atau apa saja yang dilempar ke atas,, maka benda-benda itu akan jatuh kembali ke bumi atau ke tanah. Kadar daya tariknya tergantung kepada dua hal , yakni kekuatan daya tarik bumi itu sendiri dan kadar berat benda yang bersangkutan. Demikian jugalah bila seseorang melakukan Samadhi tanpa diberi alas, maka kekuatan energi yang ada pada tubuh kita akan ditarik atau di isap oleh energi bumi. Didalam Bhagavadgita dinyatakan tentang peralatan bagi seseorang yang melakukan Samadhi itu sebagai berikut.
“Suchau dese pratishthapya,
Sthiram asanam atmanah,
Na tyuchchhritam na tinicham,
Chailajina kusottaram”
                        (Bhagavadgita, VI.11)
Terjemahannya :
Dengan teguh duduk di tempat yang bersih,
Tidak tinggi dan tidak rendah ditubuhi
Oleh rumput sucu kusa, di atasnya kulit rusa dan kain silih bertindih.
Lebih lanjut dinyatakan sebagai berikut:

“Tarai kagram manah kriva
Yata chittendriya kriyah,
Upavisya sane yunjyad,
Yogam atma visuddhaye”
(Bhagawadgita, VI.12)
Terjemahannya :
Disana dengan menyatukan pikiran, Mengendalikan
gerak panca indra, dia bersila di atas tempat duduknya,
melaksanakan yoga, menyucikan hati dan pikiran.
                Tempat duduk bersamadhi seyogyanya bersih dan dalam situasi yang tenang, artinya tidak bising oleh suara apapun, baik suara manusia, mesin, binatang atau suara lainya. Sebab kondisi seperti itu , akan ikut membantu menenangkan pikiran dan pemusatan kepada suatu objek yang dikehendaki. Sikap badan sering merupakan cermin dari sifat pikiran dan sering sejajar. Kesejajaran yang dimaksud disini adalah hal-hal sebagai berikut. Bila seseorang mengepalkan tangannya dan dalam keadaan sikap berdiri, memasang kuda-kuda, tentu orang tersebut pasti dikira siap berkelahi. Bila seseorang duduk dengan sikap bersila, menengadahkan mukanya dengan sikap tangan menadah ke atas, maka orang itu akan ditafsirkan sedang berdoa mohon rahmat kepada Tuhan.
Oleh karena itu, dalam melakukan Samadhi, perlu sikap dan kondisi yang nyaman, dan sikap pikiran harus sesuai dengan tujuan. Sikap disini sebenarnya bukan saja sebenarnya sikap badan, tetapi sekaligus terkait dengan sikap pikiran dan hati kita. Sebelum Samadhi dimulai, hal-hal itu perlu dipersiapkan, perlu untuk dikondisikan agar tujuan lebih cepat tercapai. Tentu aturan-aturan ini lebih banyak berlaku untuk orang-orang yang masi tahan pemula.
Namun bagi seorang pemula, sikap badan yang seperti disarankan disini sangat penting untuk dilaksanakan, agar usaha sadhanayan spiritualnya berasil dengan baik. Didalam Bhagavadgita sikap badan dinyatakan sebagai berikut:

samam kayastirogrivam,
Dharayann achalam sthirah,
Samprekshaya nasikagram svam
Disas cha navalokayan.
                        (Bhagavadgita,VI.13)
Terjemahannya :
Degan badan, kepala, dan leher tegak,
Duduk diam tiada bergerak, tetap memandang
Ke ujung hidungnya, dan tanpa menoleh-noleh sekitarnya.

Sikap badan diatas baru berhubungan dengan kepala, leher dan badan. Sikap yang lebih rinci, dapat diteruskan dengan sikap kaki dan tangan. Sikap duduk sebaiknya bersikap padmasana. Sikap padmanasan adalah sikap duduk yang melipat kedua kaki saling memasuki. Tidak semua orang bisa melakukan sikap ini. namun banyak orang pula juga bisa melakukan dengan baik. Bila mau berlatih secara tekun, pada dasarnya semua orang bisa melakukan sikap ini. dalam posisi kaki seperti itu tulang punggung harus tetap tegak, segaris dengan garis leher sampai lurus vertikal.
Sikap tangan ditaruh sejajar dengan badan dengan meletakan diatas lutut. Tanga harus lurus ke depan, dengan disertai sikap jari-jari tangan sebagai beriku: Jari-jari tangan, baik tangan kiri maupun tangan kanan adalah dalam sikap tengadah, bukan tertelungkup. Ibu jari dan jari telunjuk saling bersentuhan, dan ibu jari menekan ujung jari telunjuk. Sikap jari-jari seperti ini mempunyai makna simbolis bahwa ibu jari sebagai paramaatma atau Tuhan harus senan tiasa dekat jari telunjuk sebagai simbul atma atau manusia. Manusia pada umumnya mempunyai ahamkaraatau ego yang tinggi. Karena itu ego itu harus ditekan agar berkurang atau dikendalikan dan kalau mungkin sampai hilang sama sekali. Pada tiga jari yang lain, jari tengah, jari manis, dan jari kelingking, adalah simbul Tri Guna yang senan tiasa menyertai setiap mahluk hidup. Ketiga Guna itu haru dipisahkan dengan atma.
(Svami Sivananda. 2006. Java Yoga. (Penerjemah: I Made Aripta Wibawa). Denpasar. Paramita.)
d.      Pranayama
                 Prana merupakan kekuatan yang sangat penting yang meliputi seluruh kosmos. Prana berada dalam segala mahluk, meskipun berhubungan erat dengan udara yang kita hirup, tapi prana sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang sama. Prana lebih halus dari pada udara dan dapat diartikan sebagai energi pokok yang ada dalam segala sesuatu di alam semesta ini. Yama berarti “mengendalikan” . pranayama dapat diartikan sebagai suatu rangkian teknik yang merangsang dan meningkatkan energi yang sangat penting, pada akhirnya menimbulkan pengendalian yang sempurna pada aliran prana dalam tubuh. Secara tradisional, prana dalam tubuh dubagi lima bagian dasar yang dikenal secara bersama dengan panca prana, yang terdiri dari prana, apana, samana, udana, dan vyana.
a)      Prana
      Ini bukan merupakan prana yang menyeluruh tetapi termasuk bagian tubuh khusus yang terletak pada daerah diantara pangkal tenggorokan dengan bagian atas sekat rongga badan antara badann dan perut. Ini dihubungkan dengan alat-alat pernafasan, alat-alat bicara, dan kerongkongan, bersama dengan otot-otot syaraf yang mengaktifkanya. Ini merupakan kekuatan diaman nafas ditarik ke dalam.
b)      Apana
      Ini terletak dibawah daerah pusar dan menyediakan energi untuk usus-usus besar, ginjal, dubur, dan alat kelamin. Ia terikat dengan pengeluaran prana tersebut melalui dubur dan hidung serta mulut.
c)      Samana
      Samana ini mengenai daerah jantung dan pusar. Ini mengaktifkan dan mengatur jaringann pencernaan. Seperti hati, usus, pankreas, perut, dan semua sekresi yang diberikan. Samana juga mengaktifkan jantung dan sistem peredaran. Ini bertanggung jawab terhadap asimilasi bahan-bahan gisi.
d)      Udana
      Tubuh diatas pangkal tengorokan diatur oleh udana. Dengan demikian mata, hidung, telinga, dan semua alat panca indera diaktifkan oleh prana ini. tanpa udana kita tidak akan pernah mampu berpikir atau mengetahui dunia luar.
e)      Vyana
      Kekuatan ini menyelimuti seluruh tubuh. Vyana mengatur dan mengandalikan semua gerakan tubuh dan menyelarasaskan kekuatan vital lainya. Vyana menyerasikan dan mengaktifkan semua anggota badan, otot-ototnya yang luar biasa, jaringan pengikat, syaraf, dan persendian. Kekuatan ini juga bertanggung jawab terhadap sikap badan yang tegak.
Dalam Samadhi pengaturan nafas terdiri dari puraka yaitu pemasukan nafas, Kumbaka yaitu penahanan nafas, dan recaka yaitu mengeluarkan nafas. Pengaturan nafas sangat berguna untuk mengawasi pemusatan pikiran dan penguatan badan.
Tuntunan umum untuk pranayama :
a)      Pranayama harus dilakukan di tempat yang bersih, bebas dari polusi, tidak ada bau yang menyengat, dan cukup ada udara yang berhembus.
b)      Waktu terbaik pukul 04.00 pagi hari dan sore pada pukul 18.00 Wita.
c)      Pranayama harus dilakukan pada saat perut kosong, dan 10 menit sesudah latihan minumlah segelas air putih.
d)      Makanlah makanan yang bersih atau satwika yaitu makanan non daging atau ikan, seperti buah-buahan, roti, sayuran dan susu, jangan yang pedas-pedas, bawang, miyak-miyakan, daging, ikan, alkhol dan rokok.
e)      Tunggu setengah jam sesudah pranayama baru boleh mandi
f)       Ulangi Om atau Gayatri dalam pikiran pada saat menarik, menahan, dan menghembuskan nafas, rasakan sifat-sifat satwam, jujur, bijak, belas kasihan, sabar, suka mengampuni meresapi batin dan sekujur tubuh pada saat menari nafas. Keluarkan dengan hembusan segala sifat-sifat jahat, buruk, nafsu serakah, loba, pemarah, malas, egoistis, dan lain sebagainya tersapu keluar. kita harus merasakan kekuatan sinar suci Hyang Widhi meresapi seluruh tubuh sampai merasa tubuh kita terang benderang olehnya. Hentika segera bila sudah terasa payah olehnya.
g)      Perbandingan antara menarik, menahan, dan menghembuskan nafas adalah 1 : 4 : 2 denganhitungan 1 Om menarik nafas, 4 Om menahan nafas, 2 Om menghembuskan nafas. Tiap minggu dapat dilipatkan menjadi 2 : 8 : 4 lalu 3 : 12 : 6 dan seterusnya sampai maksimum 16 : 64 : 32. Untuk menghitung Om pakailah alat bantu berupa Genitri.
            Manfaatnya adalah memberikan ketenangan dan ketentraman. Semua alur prana dibersihkan dari berbagai rintangan. Aliran prana dalam ida dan pingala nadi disamakan. Jaringandarah dibersihkan dari berbagai racun. Seluruh tubuh di pelihara oleh persediaan oksigen tambahan, dan karbon dioksida dikeluarkan sevara efisien. Akibatnya secara keseluruhan merupakan suatu kemajuan yang luas dalam kesehatan. Dengan membersihkan sel-sel otak, pusat-pusat otak dirangsang untuk bekerja lebih dekat pada kekuatan optimalnya dan semua udara yang pengap dikeluarkan dari paru-paru.
(Bhasma, Ida Bagus Putu. 1993. Modul Yoga. Jakarta.)

e.       Pratyahara
            Pratyahara artinya menarik indriya dari wilayah sasaranya, dan menempatkan dibawah pengawasan pikiran. Bila indriya dapat diawasi oleh pikiran maka ia tidak akan berkeliaran pada objek-objek yang disenanginya, namun akan mengikuti pkiran. Hal ini akan dapat dicapai melalui latihan yang penuh lama dan dengan kesabaran. Pada umumnya indriya itu cendrung mengejar nafsunya, seperti mata mengejar keindahan warna dan bentuk, telinga mengejar bunyi dan nada, lidah mengejar kenikmatan rasa lezat, hidung mengejar bau yang harum semerbak, kulit ingin memegang dan memeluk apa yang halus. Tiap alat indriya memiliki tugasnya masing-masing, tetapi semuanya merindukan kenikmatanya masing-masing.
            Seorang yogu yang hendaknya membebaskan diri dari pengaruh tarikan indriyanya, misalnya melihat sesuatu maka jangan terikat dengan semua itu. Yang harus dihindari adalah nafsu bukan pengelihatan. Demikian syaraf pratyahara yang pertama adalah untuk melepaskan indriya-indriya dari nafsu masing-masing, sedangkan syarat yang kedua adalah membebaskan kegoncangan Citta dari nafsu-nafsu sehingga kembali dalam bentuknya yang murni.


f)       Dharana
            Dharana artinya memegang dan memusatkan pikiran pada sasaran yang di inginkan. Sasaran yang di inginkan itu dapat diambil dari badan atau objek luar, seperti bulan, arca, gambaran para dewa, mantaram OM, dan sebagainya. Tujuanya disini adalah bagaimana kita bisa mengalihkan perhatian kita untuk berkonsentrasi pada Tuhan, baik dalam wujud menifestasi beliau, kemampuan untuk memegang pikiran terus terpusat pada suatu objek adalah merupakan suatu ujian memasuki tingkatan yoga yang lebih tinggi.

g)      Dhyana
            Dhyana berarti aliran pikiran yang tenang pada suatu objek tanpa tergoyahkan oleh ganguan sekitarnya. Hal ini memiliki seseorang memiliki gambaran yang jelas tentang bagian-bagian dari objek renunganya. Dalam Yogasutra Maha Rsi Patanjali mengartikan dhyana “Tatra pradyaya ekatanata dhyanam” yang artinya arus budi yang tiada putus-putusnya menuju tujuan. Itulah yang dinamakan dhyana.

h)     Samadhi
            Wujud Tuhan pada saat ini berdikit-dikit dilepas, dan yang harus tertinggal adalah maknanya saja. Samadhi merupakan penghancuran kekaburan batin, merupakan tanda rahmat Tuhan. Perenungan dari kerinduan kepada tuhan yang gtiada putusnya, yang dengan usaha keras dilakukan pada tahapan Dhyana. Lalu mencapai puncaknya dalam tahapan Samadhi. Dalam Samadhi seorang bakta kehilangan kesadaran diri dan menunggal dengan kesdaran Tuhan. Bila bakta tidak merasakan dirinya bersamadhi . bila masih merasa Samadhi, maka itu artinya masih dalam tingkatan dhyana atau meditasi. Oleh karena itu samadhipun belum terwujud.
            Pada tingkatan Samadhi, meditasi telah mencapai penyelasaian dan pemenuhanya, serta menjadi lengkap. Pada tingkat Samadhi ini telah terjadi Panembah kalawan kang si nembah tunggal atau telah terjadi manunggaling kawula lan gusti yang artinya seorang bakta dengan Tuhan menyatu dalam kesadaran atman. Disini telah terjadikeheningan, seperti tiada bahasa yang terucapkan, hening tanpa kata, menyatu dalam rasa kebahagiaan sejati. Terjadilah bahasa hening dalam Samadhi.
(Siwa Tattwa, 2006 : 70-76)
a)      Macam-macam cara Samadhi
Ø  Ditinjau dari kabstarakan objek
-          Nirguna Brahman
-          Saguna Brahman
Ø  Ditinjau dari media sasaran
-          Swarupa
-          Nama, Om
-          Jyotir (sinar)
Ø  Ditinjau dari kadar Tri Guna
-          Satwika
-          Rajasika
-          Tamasika
Ø  Ditinjau dari penghayatan
-          Savikalpa
-          Nirvikalpa
            Jadi seperti itulah ke-8 tahapan dari Astangga yoga yang merukan suatu kesatuan yang utuh dari masing-masing tahapanya. Dimana Yama dan Nyama merupakan konci keberasilan dari pelaksanaan yoga, selayaknya mantapkanlah dulu proses yama dan nyama, untuk membuat pondasi yang kokoh dan mantap, baru ketahapan yang selanjutnya. Dalam pelaksanaan yoga janganlah sekali-kali mengitung pengeluaran materi dan berdasarkan nafsu, pakailah sikap prema dan tulus iklas.

E.     Ruang Lingkup Ajaran Yoga
            Maha Rsi Patanjali, yang menulis ajaran yoga didalam bukunya disebut Yogasutra. Kitab Yogasutra terdiri atas empat bab dengan 196 sutra.

a.       Samadhi Pada (51 sutra)
Isinya menerangkan tentang sifat, tujuan, dan bentuk ajaran yoga. Pada bagian ini pula dijelaskan adanya perubahan-perubahanpikiran dalam melakuka yoga.
b.      Sadhana Pada (55 sutra)
Isinya menjelaskan pada tentang tahapan-tahapan pelaksanaan yoga, cara mencapai Samadhi dan pahala yang didapat oleh mereka yang telah mencapai Samadhi.
c.       Wibhuti Pada (56 sutra)
Isinya mengajarkan tentang hal-hal yang bersifat batiniah, tentang kekuatan gaib yang didapat oleh mereka yang melakukan praktek yoga
d.      Kaivalya pada (34 sutra)
Isinya melukiskan tentang alam kelepasan dan keadaan jiwa yang telah dapat mengatasi keterikatan duniawi.
            Ke-4 inilah ruang lingkup dari ajaran yoga yang dimana setiap bagianya memiliki tahapan-tahapan dan ajaran yang harus ditekuni dengan baik untuk menemukan bagian yang terakhir yaitu Kaivalya Pada.

F.     Catur Yoga Marga
            Catur Yoga Marga merupakan empat jalan atau menuju Tuhan. Yang dimana ke-4 jalan ini merupakan jalan yang mulia untuk menuju Tuhan yang dimana bagian-bagianya adalah Bhakti Yoga, Karma Yoga, Jnana Yoga da Raja Yoga. Yang dimana tiga bagian yang pertama merupakan dasar dan tujuan akhirnya adalah Raja Yoga. Catur marga disini diantaranya sebagai berikut :
a.      Bhakti Yoga
            Bakti yoga adalah Realisasi Ketuhanan melalui pancaran bhakti kasih yang mendalam kepada Tuhan dan semua mahluk. Tingkatan bhakti ada dua yaitu:
a)      Aparabhakti          : persembahan dengan permohonan
b)      Parabhkati             : bhakti yang tulus
selanjutnya ada beberapa realisasi bentuk bhakti yaitu:
a)      Santabhawa                       : Tuhan adalah bapak
b)      Sakhyabhawa                    : Tuhan adalah sahabat
c)      Dasyabhawa                      : Tuhan adalah majikan
d)      Watsalyabhawa                 : Tuhan adalah anak
e)      Kantabhawa                      : Tuhan adalah suami
f)       Madhuryabhawa               : Tuhan adalah segalanya
Realisasi ajaran Bhakti Yoga dpt dilakukan melalui Nawa Widha Bhakti, yaitu:
a)      Srawanam             : mendengarkan wahyu Tuhan
b)      Kirtanama             : Menyanyikan nama Tuhan
c)      Smaranam             : mengingat nama Tuhan
d)      Padasewanam       : sujud dikaki Tuhan
e)      Arcanam                : mempersembahkan kembang-kembang harum
f)       Wawadanam         : merebhakan diri pasrah memuja Tuhan
g)      Dasyanam             : melayani Tuhan
h)      Sakhyanam            : Tuhan sahabat yang setia
i)       Atmawedanam      : penyerahan total pada Tuhan

b.      Karma Yoga
            Karma Yoga adalah Menyadari keilahian dengan kerja  tanpa keinginan nafsu. Bekerja tanpa mngharap pahala, semua ditujukan  kepada Brahman.
Jenis-jenis Bhakti Yoga:
b)      Kerja denga motif kepentingan diri sendiri atau Pamerih
c)      Kerja dengan motif mengabdi kpd orang banyak atau Pelayan
d)      Kerja demi kerja tanpa motif kepentingan.
Pedoman Bagi Seorang Karma Yogin
a)      Lihat semua adalah Tuhan
b)      Mengucapkan nama Tuhan
c)      Makan Makanan yang Sattwika
d)      Rasakan Tuhan adalah pengatur
e)      Tidak mengharapkan buah kerja
f)       Persembahkan segala kegiatan
g)      Jangan mengingat apa yang telah diberikan
h)      Disiplin indriya
i)       Jadilah orang menyenangkan

c.       Jnana Yoga
            Jnana Yoga adalah Realisasi Ketuhanan melalui pengetahuan sehingga mampu melepaskan kebodohan dan akhirnya lepasnya belenggu Panca Maya Kosa terhadap Atman, yaitu:
a)      Annamayakosa      : badan jasmani
b)      Pranamayakosa     : badan energi
c)      Manomayakosa     : badan mental/pikiran
d)      Wijananamayakosa: badan kecerdasan
e)      Anandamayakosa  : badan kebahagian
Jnana Yoga dapat dilaksanakan dengan 2 cara, yaitu kotempelasi dan meditasi, kemudian dlm kitab Vedanta dpt dilakukan dng 3 cara, yaitu:
a)      Srawana                : Studi
b)      Manana                 : perenungan
c)      Nididhyasana        : mempraktekan

d.      Yoga Marga
            Yoga marga adalah Realisasi Ketuhanan melalui pengontrolan  pikiran atau Meditasi. Pelaksanaan Raja Yoga dapat dilksanakan melalui dua tingkatan pokok, yaiyu:
a)      Hatha Yoga           : pemeliharaan kesehatan jasmani
b)      Raja Yoga             : Pembinaan mental spiritual
            pelaksanaan Raja Yoga bukan berarti meniadakan tingkatan yoga yg lain, sebab keempat jalan tersebut tidak bertentangan, saling melengkapi, saling mendukung, hal ini mengingat pendakian spiritual dalam Raja Yoga dalakukan melalui Astangga Yoga.
            Pengantar Yoga sangat perlu kita ketahui dan kita pahami sebagai penunjang dalam melaksanakan ajaran Yoga, semoga Tuhan memberikan waranugrahanya kepada kita semua berupa kejernihan pikiran dan kebahagiaan. 
OM SANTI SANTI SANTI OM”
DAFTAR PUSTAKA

Jendra, I Wayan. 2006. Samadhi Hening tanpa Kata. Denpasar. Pustaka Bali Post.
Putu Suambawa, Ida Bagus. 2003. Dasar-Dasar filsafat Hindia. Denpasar. PT       Mabhakti.
Pusat Dokumentasi Kebudayaan Bali. 2006. Siwa Tattwa. Denpasar. Upada Sastra
Svami Sivananda. 2006. Java Yoga. (Penerjemah: I Made Aripta Wibawa).            Denpasar. Paramita
Bhasma, Ida Bagus Putu. 1993. Modul Yoga. Jakarta
Sarasvati, Svami Satyananda. 2002. Asana, Pranayama, Mudra, Bandha.   Surabaya. Paramitha
Pasraman Yogadhi Paramaguhya. 2008. Tuntunan Praktis Meditasi Taksu.            Gianyar. Gandapura
Penerjemah : I.G.A.G. Putra. 1998. Wrhaspati Tattwa. Surabaya. Paramitha
Buntoro, Retno S. 1999. Meditasi. Surabaya. Paramitha.
G. Pudja. 2004. Bhagawad Gita. Surabaya. Paramitha.
Nyoman Pendit, 2007. Sad Darsana. Denpasar. Pustaka Bali Post

No comments:

Post a Comment