Oleh: I Nyoman Ariyoga
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Hatha yoga merupakan cabang dari yoga yang
menitikberatkan pada penguasaan tubuh dan nafas melalui penyeimbangan dua kutub
energi pada manusia. Hatha yoga merupakan cabang dari yoga yang menitikberatkan
pada penguasaan tubuh dan nafas melalui penyeimbangan dua kutub energi pada manusia yaitu yang dan yin, lingga dan yoni, ha (matahari) dan tha (bulan). Keseimbagan dua kutub ini
mutlak membutuhkan penguasaan akan tubuh penguasaan tubuh fisik yang diperoleh
melalui praktik asanas (olah tubuh), mudra (gestur), kriya (pembersihan),
bandha (kuncian) dan pranayama (olahnafas)
Hatha yoga , sebenarnya menyiapkan
manusia di aspek fisikal agar aspek-aspek lain dari manusia dapat dibenahi
dengan mudah. Dengan mengolah tubuhnya, manusia memperoleh kesehatan fisik juga
ketajaman dan ketenangan bathin atau pikiran kombinasi dari fisik yang
sehat dan bathin yang terjaga menghasilkan watak dan karakter yang kokoh dan mantap. Individu yang seperti inilah yang
dapat hidup dalam dimensi sepiritualitasyang lebih tinggi. Namun proses untuk
mencapai hal tersebut tidak mudah. Selama tubuh manusia belom berada pada keseimbangan
yang sempurna maka energi batin terus menerus terbuang secara percuma dan
kesadaranya selalu terjaga dalam kondisi yang rendah. Jadi hatha yoga
mempersiapkan manusia yang harmonis di tingkat fisikal sehingga ia dapat
membawa dan mengarahkan dirinya kelevel kesadaran yang lebih tinggi. Pada pembuatan
makalah ini kami akan mencoba membahas materi mengenai hatha yoga sebagai ilmu
pengetahuan spiritual yang perlu kita kaji ruang lingkungkupnya mengenai
aspek-aspek yang menunjang hatha yoga.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana pengertian
Hatha yoga?
2.
Apa saja
bagian-bagian dari Hatha yoga?
1.3 Tujuan Penulisan
mencari sumber mengenai ajaran yoga
tentu banyak sekali kita dapatkan dalam kehidupan beragama ini. Namun banyak
hal yang mengenai ajaran Yoga masih sedikit referensi yang mengenai Hatha Yoga
kita dapatkan. Tentu dari adanya keterbatasan dari sumber yang membahas ajaran
mengenai Hatha Yoga merupakan masalah tersendiri yang mengakibatkan Hatha Yoga
ini kurang di pahami. Adanya permasalahan seperti ini menjadi permasalahan kita
bersama yang patut kita carikan solusi. Pada kesempatan pembuatan makalah ini kami
akan membahas mengenai Hatha Yoga yang perlu kita pahami secara bersama adapun
tujuan khusus dari penulisan makalah ini di harapkan kita sebagai calon
generasi agama Hindu bisa memahami dan bisa menerapkan ajaran Hatha yoga dan bisa
membuat sumber berupa buku untuk kepentingan kita bersama dan menjawab dari
setiap masyarakat mengenai Hatha yoga.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Hatha Yoga
Hata yoga berasal dari kata Sansekertha yaitu Hatha kata ini pengabungan dari dua bija mantra yaitu Ha dan Tha. Ini adalah
dua harus atau kekuatan yang berlawanan di alam semesta, arus positif dan
negatif yang menunjukan pada manusia sebagai kekuatan mental pada Ida nadi dan
kekuatan prana yang dihubungkan dengan tenaga fisik yang dinamais pada pinggala
nadi. Bija mantra Ha melambangkan
aliran matahari dalam pingala dan tha
berarti aliran bulan dalam ida nadi. Tujuan dari hatha yoga adalah untuk
membentuk keselarasan yang sempurna antara kedua aliran prana ini.
Hatha yoga sebenarnya menyiapkan
manusia di aspek fisikal agar aspek-aspek lain dari manusia dapat dibenahi
dengan mudah. Dengan mengolah tubuhnya, manusia memperoleh kesehatan fisik juga
ketajaman dan ketenangan bathin atau pikiran. Kombinasi dari fisik yang sehat
dan bathin yang terjaga menghasilkan watak dan karakter yang kokoh dan mantap
Dalam hatha yoga kebersihan jasmani atau secara fisik
bukan menjadi modal yang utama dalam hal ini. Dimana kebersihan itu akan sangat sempurna
bila mana kita bisa menyeimbangkan prilaku kita baik secara jasmani maupun
rohani, supaya terjaga keseimbangan dalam diri dengan baik dan hubungan yang
harmonis dalam berkehidupan bermasyarakat. Maka hatha yoga juga mengajarkan
bagaimana caranya mengendalikan nafsu-nafsu pada indriya manusia yang harus
dikendalikan oleh pikiran dengan baik.
Pada pembuatan makalah ini kami akan mencoba membahas materi mengenai hatha
yoga sebagai ilmu pengetahuan spiritual yang perlu kita kaji ruang
lingkungkupnya mengenai aspek-aspek yang menunjang hatha yoga.
(
Jendra, I Wayan. 2006. Samadhi Hening
tanpa Kata. Denpasar. Pustaka Bali Post)
2.2 Bagian-Bagian dari Hatha Yoga
Bagian-bagian
Hatha Yoga terdiri dari:
1.
Satkarma
2.
Bandha
3.
Mudra
4.
Yama
5.
Nyama
6.
Asanas
7.
Pranayama
(Putu
Suambawa, Ida Bagus. 2003. Dasar-Dasar
filsafat Hindia. Denpasar. PT Mabhakti)
1.
Satkarma
Jadi kita melihat bahwa langkah yang pertama pada
jalan yang mulia ini adalah pembersihan tubuh yang kotor. Tanpa hilangkan racun
dan kotoran-kotoran dari tubuh sangat sulit untuk melakukan teknik-teknik yoga
ilmiah yang dikenal dengan nama Satkarma, telah dikembangkan oleh para yogi
kuno. Enam satkarma ini tak ada yang lain merupakan cabang dari yoga yang
disebut hatha yoga. Satkarma itu
diantaranya sebagai berikut:
a. Neti adalah
suatu proses dengan cara membersihkan saluran-saluran hidung.
Jala neti atau pembersihan hidung dengan air. Saranya adalah berupa air
bersih yang hangat suam-suam kuku yang sudah tercampur dengan garam, airnya jangan
terlalu panas dan dingin, cocok dialirkan ke hidung. Caranya masukan corot
bejana yang sudah berisi air, masukan dengan lembut ke lubang hidung sebelah
kiri, condongkan kepala ke kanan dan keluarkan dari hidung sebelah kanan,
begitu juga sebaliknya. Mulut tetap dibuka supaya bisa bernafas. Manfaatnya adalah
menghilangkan kekotoran dan bakteri ingus yang masuk dari hidung. Selain itu
dapat melenyapkan pilek dan radang dalam selaput lendir, mempunyai pengaruh
yang menenangkan dan menyejukan pada otak, memberikan rasa yang ringan dan
segar di kepala dan menghilangkan rasa kantuk, dan membantu merangsang
membangkitkan Ajna cakra dengan merangsang alat penciuman di atas rongga
hidung.
b. Dhauti
adalah suatu rangkian untuk membersihkan seluruh saluran pencernaan
dari mulut ke anus. Ini juga termasuk cara-cara yang sederhana membersihkan
mata, telinga, gigi, lidah dan kulit kepala beserta rambut. Dhauti merupakan cara
membersihkan tubuh secara menyeluruh. Ada banyak jenis dhauti untuk
bagian-bagian tubuh yang berbeda. Namun kami akan menjelaskan Danta dhauti
yaitu membersihkan bagian-bagian tubuh yang diatas leher. Ini meliputi
perawatan gigi, jihva dhauti yaitu membersihkan lidah, karna dhauti dengan
membersikan telinga, kapalarandhra dhauti yaitu membersihkan kepala dan kulit
kepala, caksu dhauti yaitu membersihkan mata dengan air.
c. Nauli
adalah suatu cara pemijatan yang sangat kuat dan penguatan organ-organ perut. Nauli merupakan teknik
pemijatan dan penguatan bagian perut. Dalam teknik ini ada beberapa tahapan,
berdiri dengan kedua kaki direngangkan kira-kira tiga kaki. Tahap pertama
kontraksikan otot-otot usus perut dan pisahkan otot-otot itu di tegah-tengah
perut. Ini disebut dengan madhyama nauli. Tahap kedua pisahkan otot-otot usus
perut pada sisi kiri perut. Ini disebut vama nauli. Tahap ketiga otot-otot usus
perut pada sisi kanan. ini disebut daksina nauli. Tahap keempat laukanlah tahap 1 sampai 3 tanpa kesulitan
sedikitpun, kemudian cobalah untuk me gaduk atau memutar otot-otot usus perut
sehingga bergerak dari kiri ke tengah kemudian kekanan dalam satu gerakan yang
halus. Lakukanlah teknik ini dengan serius dan latihan setiap hari sehingga
hasil yang maksimal dapat dicapai. Manfaatnya adalah untuk melenyapkan semua
penyakit perut. Merangsang organ-organ perut, menjaganya agar tetap sehat.
Menghilangkan sembelit dengan mendorong gerak peristaltik usus. Secara sepiritual membantu membangkitkan Manipura
cakra.
d. Basti
adalah teknik-teknik untuk membersihkan dan menyeimbangkan usus besar. Basti yaitu cara untuk
membersihkan dan menyeimbangkan bagian usus besar. Kami akan membahas Sthala
basti, dimana teknik ini adalah sebagai berikut. Duduklah dengan sikap
pascimottanasana, lalu hiruplah udara kedalam perut, tahan beberapa saat
kemudian hembuskan melalui anus. Manfaatnya
adalah mengeluarkan kotoran dengan mudan dan melenyapkan sembelit.
e. Kapalabhati
adalah suatu rangkian yang sederhana tiga teknik membersihkan bagian otak dari
depan.Dalam kapalabhati ini terdapat tiga teknik untuk membersihkan otak dari
depan. Diantaranya sebagai berikut. Vatkarma
kapalabhati yaitu hembusan udara pada teknik ini juga disebut bhastrika yaitu
penghirupan dan hembusan nafas secara serentak. Ini berfungsi sebagai
pembersihan otak bagian depan. Vyutkrama kapalabhati
yaitu menghisap air melalui hidung dan mengeluarkan dari mulut. Sitkrama
kapalabhati yaitu dalam latihan ini harus
meminum air melalui mulut dan mengeluarkanya melalui hidung
f. Trataka
adalah memanndang yang kuat pada suatu benda. Ini mengembangkan kekuatan
konsentrasi dan kemampuan-kemampuan psikhis terpendam yang kita miliki. Pada
teknik ini merupakan bagaimana cara kita untuk berkonsentrasi dengan baik dan
terpusat pada satu tujuan. Sepertii contohnya duduklah dengan sikap meditasi
yang baik. Lakukanlah teknik trataka ini pada suatu ruangan yang gelap dan
bersih, nyalahkanlah sebuah lilin sebagai sumber cahaya, pandanglah lidah api
atau sumbu lilin itu sebagai sumber kekuatan nyalanya api, pandanglah terus
menerus, dengan seksama konsentrasi kita akan tertuju pada titik terang itu dan
kekuatan konsentrasi tubuh kita akan mengacu pada kedua bola mata sehingga
bagian tubuh yang lain tidak akan terasakan lagi, setelah beberapa menit pejamkanlah
mata dan akan nampak jelas sinar dan titk sumber nyalanya api lilin itu. Teknik
ini sangat membantu kita untuk tahapan dhyana dan Samadhi dalam tahapan
astangga yoga
(Buntoro, Retno S. 1999. Meditasi. Surabaya. Paramitha)
2.
Bandha
Kata
bandha berarti “menahan atau
mengencangkan” yang sebenarnya menggambarkan tindakan-tindakan fisik yang
diperlukan untuk melakukan latihan-latihan ini. berbagai bagian tubuh adalah
lembut, tetapi dikontraksikan dan dikencangkan dengan sangat kuat. Ini memiliki
efek pemijatan berbagai organ, menghilangkan darah yang membeku, merangsang dan
mengatur syaraf-syaraf yang berhubungan dengan organ-organ ini. latihan ini
memperbaiki fungsi dan kesehatan tubuh. Adapun bagian-bagianya diantaranya
sebagai berikut.
a. Jalandhara
Bandha
Duduklah
dalam satu sikap meditasi yang membiarkan lutut-lututnya benar-benar menyentuh
lantai ataupun jalandhara ini bisa dilakukan dengan sikap berdiri. Letakan
kedua tangan di atas lutut. Kendurkan seluruh tubuh dan pejamkan mata anda,
tariklah nafas dalam-dalam, tahan nafas didalam, tekuklah kepala ke depan dan
tekanlah dagu sedikit pada dada terutama sekali pada tulang dada. Luruskan
kedua lengan pada posisi, secara serentak tariklah kedua bahu ke atas dan ke
depan ini akan menjamin kedua lengan masih bertahan. Kedua telapak tangan harus
tetap di atas lutut, tetaplah pada sikap akhir tersebut selama anda mampu
menahan nafas, kemudian kendurkan kedua bahu anda, tekuklah kedua lengan secara
perlahan, lepaskan penahannya, angkatlah kepala dan hembuskan nafas anda.
Ulangi jika pernafasan kembali normal. Dimana memberikan manfaat memberikan
ketenangan pada pikiran, menghilangkan stress, kegelisahan, dan kemarahan.
Selain itu teknik ini dapat membangkitkan visudha cakra.
b. Mula
bandha
Dalam sikap mula
bandha ini bisa mengunakan sikap meditasi siddhasana. Letakan kedua tangan
diatas lutut, pejamkan kedua mata dan kendurkan seluruh tubuh, tariklah nafas
dalam-dalam dan lakukanlah jalandhara bandha, kemudian tariklah otot-otot pada
bagian dubur dan tariklah keatas, ini merupakan sikap akhir. Tahanlah sikap ini
selama bisa menahan nafas dengan
nyaman, hentikan kontraksi pada dubur, secara perlahan angkatlah kepada dan
hembuskan nafas anda. Manfaatnya yaitu pada daerah muladhara cakra atau organ
kencing atau organ pengeluaran yang dikontraksikan dan ditarik ke atas. Ini
memaksa apana vayu atau daerah vital pada bagian perut di bawah pusar untuk
mengalir ke atas dan dengan cara demikian energy itu akan bersatu dengan prana.
Ini membangkitkan vitalittas dan membantu membangkitkan kundalini, membantu
pembentukan brahmacarya, memperkuat otot-otot cincin pada bagian anus, sehingga
sembelit dan wasir dapat dihilangkan dengan efisien.
c. Uddhiyana
Bandha
Duduklah pada satu
sikap meditasi sehingga kedua lutut bersandar pada lantai. Letakkan kedua tangan pada
lutut, pejamkan
kedua mata dan kendurkan seluruh tubuh. Hembuskan seluruh nafas dan tahanlah
diluar, lakukanlah jalandhara bandha, kemudian kontraksikan otot-otot perut
sejauh mungkin ke dalam dan ke atas. Ini adalah posisi akhir, tahanlah
penguncian ini selama nafas dapat ditahan diluar. Kemudian secara perlahan
kendurkan otot-otot perut, hentikan jalandhara dan tariklah nafas, jika
pernafasan sudah normal dapat diulang kembali. Manfaatnya pada bandha ini diafragma
di tarik ke atas kearah rongga dada dan organ-organ perut dikempeskan kearah
punggung. Merupakan obat mujarab berbagai penyakit didaerah perut seperti
sembelit, ketidaksangupan mencerna, cacingan, diabetes, dan lain-lain semuanya
lenyap dengan latihan ini. Api pencernaan dirangsang dan semua organ perut
diselaraskan dan dibuat lebih efisien. Hati, Pankreas, Ginjal, Limpa kecil, dan
lain-lain semuanya dipijat dan dibuat lebih sehat berbagai penyakit yang parah
lenyap dengan latihan yang teratur. Manipura cakra yang terletak di daerah pusar dirangsang. Ini
merupakan pusat dari prana dalam tubuh, sehingga penyaluran dan aliran prana
ditingkatkan. Prana didorong untuk membangkitkan sumsumna nadi.
d. Maha
Bandha
Duduklah dalam
sikap meditasi, tariklah nafas dalam-dalam dan hembuskan, lakukan jalandhara
bandha, uddhiyana bandha, kemudian mula bandha. Putarlah kesadaran dengan
pemusatan pada setiap cakra berikut ini secara bergantian dan secara mental
ulangilah namanya yaitu Muladhara cakra, Manipuracakra, Wisuddha cakra.
Tetaplah sadar pada setiap cakra hanya untuk beberapa detik, kemudiann
bergeraklah kecakra berikutnya. Tetaplah sadar pada setiap cakra hanya untuk
beberapa detik, kemudian bergeraklah kecakra berikutnya. Jika telah menunjukan kesadaran pada ketiganya,
satu persatu kembali ke Muladhara dan ulangi proses tersebut. Manfaatnya dari
ketiga banda di atas sendiri-sendiri. Terutama berguna untuk para calon
sepiritual, karena ini merupakan suatu cara perangsangan kekuatan aliran batin
yang kuat dan membuat
pikiran terdahulu di pusatkan pada meditasi.
3.
Mudra
Mudra
dikatakan lebih ampuh dan lebih penting dari pada asana dan pranayama, karena
mudra membantu membangkitkan daya ular yang terpendam pada manusia yaitu
kundalini Sakti. Naskah kuno terkenal yang yang berhubungan dengan masalah
mudra dan latihan-latihan yoga lainya adalah Gherandha Samhitha, yang merupakan
suatu uraian mengenai hatha yoga oleh Rsi Gheranda Samhita. Dalam buku ini,
dewa Siwa, dewa para yogi sedang menjelaskan pada istri dan murid beliau,
Parvati, tentang yoga dan beliau berkata sebagai berikut : “Oh Dewi, aku telah
mengajarimu tentang mudra, pengetahuan yang satu-satunya menganugrahkan segala
siddhi”
Mudra membiarkan
pelakunya untuk mengembangkan kekuatan kesadaran tentang arus kekuatan vital
dalam badan halus dan akhirnya memperoleh pengendalian sadar pada
keuatan-kekuatan sadar ini. ini memungkinkan untuk sewaktu-waktu mengatur
kekuatan-kekuatan tersebut pada bagian tubuh atau diluar tubuh. Banyak mudra
disusun dari bandha, asana, pranayama, berbeda yang dikumpulkan untuk membentuk suatu latihan. Ini membuat
pengamatan yang kuat, karena tiap unsure pokok memiliki manfaat-manfaat yang
nyata dalam porsinya sendiri. Mudra mempersiapkan pikiran untuk meditasi dengan
mendorong penarikan pikiran sehat dari hubungan dengan benda-benda luar atau
pratyahara dan dengan membuat pikiran tajam atau ekagrata. Meskipun mudra untuk
tujuan spiritual, banyak mudra memberikan manfaat mental dan fisik nyata yang
dicatat pada berbagai uraian ini kami akan menjelaskan beberapa mudra
individual seseorang.
a. Jnana
Mudra
Ambilah sikap asana meditasi, lipatlah jari telunjuk
tangan sehingga menyentuh akar bagian dalam ibu jari masing-masing. Rentangkan
ketiga jari lainya dari masing-masing tangan sehingga jari-jari tersebut agak
renggang, letakan kedua tangan anda pada lutut, dengan telapak tangan menghadap
ke bawahdan ketiga jari yang lurus tadi
serta ibu jari mengarah kea rah lantai di depan kedua kaki anda. Manfaatnya
adalah membantu utuk mempertahankan sikap meditasi yang tenang dan kokoh untuk
waktu yang lama.
b. Sambhavi
mudra ( memandang bagian tengah alis )
Duduklah dalam satu sikap meditasi, tegakanlah pungung
dan letakan kedua tangan pada lutut baik dengan mengunakan jnana mudra. Pandang
kedepan pada titik tertentu, kemudian pandanglah keatas setinggi mungkin, tanpa
mengerakan kepala.berkonsentrasilah dan pusatkan kedua mata pada alis bagian
tengah. Cobalah untuk menghentikan proses-proses berpikir dan bermeditasi pada
sang diri. Manfaatnya ini adalah salah satu latihan yang paling dikenal dalam
yoga. Seseorang yang ahli dapat melampaui pikiran, orang pandai dan diri
sendiri serta memasuki kenyataan kesadaran spiritual. Hal ini merupakan teknik
yang kuat untuk membangkitkan Ajna cakra. Secara fisik mudra ini membangkitkan
otot-otot mata, secara mental mudra ini menenangkan pikiran, menghilangkan
stress, dan kemarahan serta meningkatkan konsentrasi.
c. Tadagi
mudra
Duduklah dengan kedua kaki direntangkan kedepan dan
agak rengang. Kedua kaki harus tetap lurus sebelumnya. Bersandarlah kedepan dan
penganglah ibu jari kaki. Tariklah nafas sedalam mungkin, rengangkan otot-otot
perut semaksimal mungkin. Tahanlah nafas dalam jangka waktu yang cukup,
kemudian kendurkan seluruh tubuh dan hembuskan nafas. Tahanlah tarikan pada
jari-jari kaki, tariklah dan hembuskan nafas pada posisi yang dikendurkan ini.
kemudian tariklah kembali nafas dalam-dalam. Manfaatnya menyeimbangkan seluruh
organ didaerah rongga perut dan perut. Memperbaiki proses pencernaan dan
menghilangkan berbagai penyakit pada bagian ini. merangsang dan menyelaraskan
urat-urat syaraf pada daerah perut yang member kekuatan pada organ-organ bagian
dalam di seluruh tubuh.
d.
Maha Mudra
Duduklah di lantai sehingga tumit kanan di bawah anus dan
kaki kiri di rentangkan lurus di depan tubuh. Membungkuklah kedepan agar cukup
mampu menarik ibu jari kaki kiri dengan jari-jari tangan. Kendorkan seluruh
tubuh. Tariklah nafas dalam-dalam. Lakukan mula bandha dan sambhavi. Sambil
menahan nafas di dalam, edarkanlah kesadaran antara muladhara, visudhi,dan ajna
secara bergantian. Keonsentrasi harus tetap pada setiap cakra-cakra ini selama
satu atau dua detik. Teruskan perputaran kesadaran tersebut : muladhara-
visuddhi – ajna- muladhara- visudhi-ajna, selama anda mampu menahan nafas
dengan nayman. Kemudian secara perlahan hembuskan nafas anda. Tahan posisi ke
depan. Tariklah nafas dalam-dalam dan ulangi seluruh proses tersebut. ulangi,
rubahlah ke dua kaki anda sehingga tumit kiri di bawah anus. Manfaagtnya: ini
merupakan suatu teknik persiapan yang sangat baik untuk meditasi. Mudra ini
menenangkan seluruh pikiran dan tubuh serta merangsang aliran kekuatan psikhis
atau parana sakti. Membantu menghilangkan penyakit perut.
e.
Naumukhi Mudra
Duduklah dalam satu sikap meditasi yang nyaman. Kendurkan
sekuruh tubuh. Tariklah nafas secara perlahan dan dalam. Secara perlahan dan
dalam. Secara serentak rasakan nafas dan kesadaran secara perlahan naik dari
muladhara cakra ke sahasrara. Berkosentrasi pada masing- masing selama beberapa
detik secara bergantian : muladhra-svadhisthana-
manipura-anahata-visuddhi-ajna-bindu-sahasrara. Tahanlah nafas di dalam. Tutuplah
kedua telinga, mata, hidung, dan mulut dengan cara yang sama seperti yang telah
di jelaskan pada yoni mdra. Lakukanlah mula bandha dan vajroli mudra.
Berkosentrasilah pada sahasrara sambil menahan nafas di dalam. Tahanlah nafas
selama mungkin tanpa pakasaan. Kemudian lepaskan kedua lubang hidung anda dan
secara perlahan hembuskan nafas. Selama penghembusan nafas ini hentikan mula
bandha dan vajroli mudra sambil mempertahankan kesadaran pada sahasrara. Pada
akhir penghembusan nafas santailah selama beberapa detik kemudian ulangi seluruh
proses tersebut. Manfaatnya sama seperti yoni mudra, tetapi ini lebih ampuh.Manfaat
Yoni mudra ini merupakan suatu latihan yang ampuh untuk menarik pikiran dari keterikatan
dengan obyek indra atau Pratyahra. Sumber dari seluruh alam semesta merupkan suara
atau getaran awal yang tidak terdengar. Mudra ini berusaha mengambil keasadaran
pelakukunya melalui perwujudan- perwujudan suara yang berbeda sampai
suara-suara yang paling halus dapat di rasakan. Merangsang kesadaran suara
psikhis yang berasal dari bindu cakra di belakang kepala.
(Sarasvati, Svami Satyananda. 2002. Asana, Pranayama, Mudra, Bandha. Surabaya. Paramitha)
4.
Yama
Yama Brata ialah brata atau disiplin
pengendalian diri untuk mencapai kesempurnaan rohani dan kesucian bathin berupa
Dharma dan Moksa. Yama Brata juga di sebut Yama Sadhana yaitu prilaku untuk
pengendalian diri mencapai kesempurnaan. “Sadha” berarti menyempurnakan.
Sadhana berarti kesempurnaan. Yama Brata dari lima aspek yang prinsip yaitu:
a. Ahimsa
artinya tidak menyakiti, tidak membunuh, tidak melakukan kekerasan, tidak
melukai mahluk hidup. Dalam hal ini yang paling utamakan adalah bagaimana kita
bisa menjaga hubungan yang harmonis dengan lingkungan tempat tingal kita. Baik
dengan sesame manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Baik kita tidak menyakiti
dengan perbuatan, perkataan, dan pikiran yang iri dan dengki.
b. Satya
artinya kebenaran, jujur, dan bertangung jawab dimana kita harus
senantiasa menjaga nilai-nilai satya
ini. Ada lima banyaknya yang terdiri dari Satya Wacana yaitu jujur dalam
perkataan, Satya Mtra yaitu jujur dan setia dalam pergaulan, Satya Laksana
yaitu bertangung jawab atas segala perbuatan, Satya Hrdaya yaitu setia pada
kata hati, dan Satya Semaya yaitu setia pada janji.
c. Asteya
artinya pantang mengingini sesuatu yang bukan miliknya sendiri atau pantang
mencuri
d. Brahmacarya
artinya pantang kenikmatan seksual atau pengendalian nafsu seksual.
e. Aparigraha
artinya tidak menerima pemberian yang berlebihan dari orang lain atau menerima
pemberiaan yang tidak penting dari orang lain. Ini bermakna bahwa kalau kita
telah menerima pemberiaan yang tidak penting dari orang lain akan mengikat kita
untuk bisa membalasnya dan cendrung bersifat duniawi.
Kelima perintah ini hendaknya
wajib dan dipertahankan dalam setiap keadaan, karena merupakan kode kelakuan
yang universal, yang harus diterima dan tidak memerlukan penafsiran. Ini
merupakan kode yang alamiah untuk mahluk manusia.
5.
Nyama
Secara prinsip
dapat dikatakan bahwa Yama Brata menekankan pelaksanaan pengendalian daripada
tingkat fisik dan psikis, sedangkan dalam Niyama Brata merupakan latihan
penguasaan dan pengendalian diri yang berimbang antara fisik, psikis dan
spritual atau bathin yang lebih mendalam. Niyama Brata terdiri dari lima unsur
yaitu:
a. Sauca
atinya suci lahir batin. Para siswa yoga sangat dianjurkan melakukan sauca
untuk meningkatkan kesucian dirinya. Sauca juga menganjurkan kebijakanuntuk
melakukan Sattwasudhi yaitu kesucian
pikiran dalam wujud kebenaran, Saumanasya
yaitu hati yang selalu gembira dalam wujud kedamaian, Ekagrata yaitu pemusatan budhi yang memberikan kesadaran jasmani
dan rohani pada diri, Atmadharsana
yaitu realisasi diri yang sejati.
b. Santosa
Artinya adalah puas dengan apa yang datang dengan wajar. Kepuasan mengantarkan
kepada kita kepada rasa kebahagiaan, sedangkan ketidakpuasan mengantarkan pada
kesusahan.
c. Tapa
artinya tahan uji terhadap ganguan-ganguan. Melalui pantangan badan menjadi
lebih kuat dan bebas dari noda-noda dan gaguan-ganguan yang bertentangan dengan
dharma.
d. Swadhyaya
artinya mempelajari buku-buku agama dengan teratur. Melalui Swadhyaya kita akan
dapat mendekatkan diri dengan hal-hal yang bersifat ketuhanan. Kita akan
memperoleh sesuatu tentang apa yang dipelajari, dikenal dengan Istadewata
Suprayogah yaitu persatuan dengan yang telah dicita-citakan.
e. Iswarapranidhana
artinya penyerahan dan pembaktian kepada tuhan. Hal ini akan dapat mengantarkan
kita pada Samadhi.
Jadi
seperti itulah kedua tahap pengendalian diri yang haruus di tekuni dan
dilaksanakan oleh seorang siswa yoga terlebih lagi untuk kita semua sebagai
umat yang beragama yang mempunyai ahklak mulia
(Pusat
Dokumentasi Kebudayaan Bali. 2006. Siwa
Tattwa. Denpasar. Upada Sastra)
6.
Asanas
Seorang
yang akan melaksanakan Samadhi sebaiknya menyiapkan peralatan berupa tikar yang
terbuat dari rumput kusa. Diatas tikar dibentangkan sehelai kulit rusa,
kemudian ditumpuk lagi dengan kain putih yang tipis, sehingga tinginya sekitar
2,5 sampai 5 centimeter. Kalau tidak ada peralatan seperti itu, diusahakan alat
yang dapat menetralkan daya serap dan daya isap lantai. Kenapa harus disediakan
alat sedemikian, karena sifat tanah atau Ibu Perthiwi yang mempunyai daya tarik
atau gaya grafitasi. Seperti contohnya bila sepotong besi atau batu atau apa
saja yang dilempar ke atas,, maka benda-benda itu akan jatuh kembali ke bumi
atau ke tanah. Kadar daya tariknya tergantung kepada dua hal , yakni kekuatan
daya tarik bumi itu sendiri dan kadar berat benda yang bersangkutan. Demikian
jugalah bila seseorang melakukan Samadhi tanpa diberi alas, maka kekuatan
energi yang ada pada tubuh kita akan ditarik atau di isap oleh energi bumi.
Didalam Bhagavadgita dinyatakan tentang peralatan bagi seseorang yang melakukan
Samadhi itu sebagai berikut.
“Suchau dese
pratishthapya,
Sthiram asanam atmanah,
Na tyuchchhritam na
tinicham,
Chailajina kusottaram”
(Bhagavadgita, VI.11)
Artinya :
Dengan
teguh duduk di tempat yang bersih,
Tidak tinggi dan tidak rendah ditubuhi
Oleh
rumput sucu kusa, di atasnya kulit rusa dan kain silih bertindih.
Lebih lanjut
dinyatakan sebagai berikut.
“Tarai kagram
manah kriva
Yata chittendriya
kriyah,
Upavisya sane
yunjyad,
Yogam atma
visuddhaye”
(Bhagawadgita, VI.12)
Artinya :
Disana dengan menyatukan pikiran, Mengendalikan
gerak panca indra, dia bersila di atas tempat
duduknya,
melaksanakan yoga, menyucikan hati dan pikiran.
Tempat duduk
bersamadhi seyogyanya bersih dan dalam situasi yang tenang, artinya tidak
bising oleh suara apapun, baik suara manusia, mesin, binatang atau suara
lainya. Sebab kondisi seperti itu , akan ikut membantu menenangkan pikiran dan
pemusatan kepada suatu objek yang dikehendaki. Sikap badan sering merupakan
cermin dari sifat pikiran dan sering sejajar. Kesejajaran yang dimaksud disini
adalah hal-hal sebagai berikut. Bila seseorang mengepalkan tangannya dan dalam
keadaan sikap berdiri, memasang kuda-kuda, tentu orang tersebut pasti dikira
siap berkelahi. Bila seseorang duduk dengan sikap bersila, menengadahkan
mukanya dengan sikap tangan menadah ke atas, maka orang itu akan ditafsirkan
sedang berdoa mohon rahmat kepada Tuhan.
Oleh
karena itu, dalam melakukan Samadhi, perlu sikap dan kondisi yang nyaman, dan
sikap pikiran harus sesuai dengan tujuan. Sikap disini sebenarnya bukan saja
sebenarnya sikap badan, tetapi sekaligus terkait dengan sikap pikiran dan hati
kita. Sebelum Samadhi dimulai, hal-hal itu perlu dipersiapkan, perlu untuk
dikondisikan agar tujuan lebih cepat tercapai. Tentu aturan-aturan ini lebih
banyak berlaku untuk orang-orang yang masi tahan pemula.
Namun
bagi seorang pemula, sikap badan yang seperti disarankan disini sangat penting
untuk dilaksanakan, agar usaha sadhanayan spiritualnya berasil dengan baik.
Didalam Bhagavadgita sikap badan dinyatakan sebagai berikut.
“samam
kayastirogrivam,
Dharayann
achalam sthirah,
Samprekshaya
nasikagram svam,
Disas
cha navalokayan.
(Bhagavadgita,VI.13)
Artinya
:
Degan badan, kepala, dan leher tegak,
Duduk diam tiada bergerak, tetap
memandang
Ke ujung hidungnya, dan tanpa
menoleh-noleh sekitarnya.
Sikap badan diatas
baru berhubungan dengan kepala, leher dan badan. Sikap yang lebih rinci, dapat
diteruskan dengan sikap kaki dan tangan. Sikap duduk sebaiknya bersikap
padmasana. Sikap padmanasan adalah sikap duduk yang melipat kedua kaki saling
memasuki. Tidak semua orang bisa melakukan sikap ini. namun banyak orang pula
juga bisa melakukan dengan baik. Bila mau berlatih secara tekun, pada dasarnya
semua orang bisa melakukan sikap ini. dalam posisi kaki seperti itu tulang
punggung harus tetap tegak, segaris dengan garis leher sampai lurus vertikal.
Sikap tangan ditaruh sejajar dengan
badan dengan meletakan diatas lutut. Tanga harus lurus ke depan, dengan
disertai sikap jari-jari tangan sebagai beriku: Jari-jari tangan, baik tangan kiri maupun
tangan kanan adalah dalam sikap tengadah, bukan tertelungkup. Ibu jari dan jari
telunjuk saling bersentuhan, dan ibu jari menekan ujung jari telunjuk. Sikap
jari-jari seperti ini mempunyai makna simbolis bahwa ibu jari sebagai
paramaatma atau Tuhan harus senan tiasa dekat jari telunjuk sebagai simbul atma
atau manusia. Manusia pada umumnya mempunyai ahamkaraatau ego yang tinggi.
Karena itu ego itu harus ditekan agar berkurang atau dikendalikan dan kalau
mungkin sampai hilang sama sekali. Pada tiga jari yang lain, jari tengah, jari
manis, dan jari kelingking, adalah simbul Tri Guna yang senan tiasa menyertai
setiap mahluk hidup. Ketiga Guna itu haru dipisahkan dengan atma.
(Svami Sivananda. 2006. Java Yoga. (Penerjemah: I Made Aripta Wibawa). Denpasar. Paramita.)
Guru itu perlu, sebab jalan sepiritual penuh dengan
rintangan. Maka gurulah yang akan menuntun para calon untuk menghadiri
kesulitan dan rintangan dengan selamat. Guru, Iswara, Brahman, kebenaran dan OM
adalah satu. Karena itu layanilah guru dengan segenap bhakti. Senangkan Guru
dengan cara yang memungkinkan. Tetapkan pikiran pada guru sebagai Atman.
Patuhilah perintahnya secara mutlak. Kata-katanya hendaknya diangap sebagai
ajaran kebenaran, sehingga kita akan berkembang maju. Kita akan memperoleh
rahmat guru yang sangat berguna untuk kehidupan. Kita mesti memanggap guru
sebagai Dewa. Begitu pula memanggap guru mempunyai sifat seperti dewa Iswara,
Brahman. Kita juga harus memanggap guru sebagai Tuhan yang berinkarnasi. Jangan
pernah melihat kejelekan atau keburukan guru. Seperti mantram guru sebagai
berikut:
Om Guru
Brahma, Guru Wisnu, Guru Deva Mahesvara,
Guru Sat Sat Param
Brahman Tasmy Sri Guru Way Namah.
Artinya:
Tuhan sebagai pencipta alam dan isinya,
Tuhan sebagai pemelihara dan mendidik
ciptaannya, Tuhan sebagai Pemerelina
ciptaannya, yang semuanya bersumber
pada Tuhan selalu menuntun umatnya
menuju kebahagiaan yang abadi.
(Pasraman Yogadhi
Paramaguhya. 2008. Tuntunan Praktis
Meditasi Taksu. Gianyar. Gandapura)
7.
Pranayama
Prana
merupakan kekuatan yang sangat penting yang meliputi seluruh kosmos. Prana
berada dalam segala mahluk, meskipun berhubungan erat dengan udara yang kita
hirup, tapi prana sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang sama. Prana lebih
halus dari pada udara dan dapat diartikan sebagai energi pokok yang ada dalam
segala sesuatu di alam semesta ini. Yama berarti “mengendalikan” . pranayama
dapat diartikan sebagai suatu rangkian teknik yang merangsang dan meningkatkan
energi yang sangat penting, pada akhirnya menimbulkan pengendalian yang
sempurna pada aliran prana dalam tubuh. Secara tradisional, prana dalam tubuh
dubagi lima bagian dasar yang dikenal secara bersama dengan panca prana, yang
terdiri dari prana, apana, samana, udana, dan vyana.
a. Prana
Ini
bukan merupakan prana yang menyeluruh tetapi termasuk bagian tubuh khusus yang
terletak pada daerah diantara pangkal tenggorokan dengan bagian atas sekat
rongga badan antara badann dan perut. Ini dihubungkan dengan alat-alat
pernafasan, alat-alat bicara, dan kerongkongan, bersama dengan otot-otot syaraf
yang mengaktifkanya. Ini merupakan kekuatan diaman nafas ditarik ke dalam.
b. Apana
Ini
terletak dibawah daerah pusar dan menyediakan energi untuk usus-usus besar,
ginjal, dubur, dan alat kelamin. Ia terikat dengan pengeluaran prana tersebut
melalui dubur dan hidung serta mulut.
c. Samana
Samana ini mengenai daerah jantung dan pusar.
Ini mengaktifkan dan mengatur jaringann pencernaan. Seperti hati, usus,
pankreas, perut, dan semua sekresi yang diberikan. Samana juga mengaktifkan
jantung dan sistem peredaran. Ini bertanggung jawab terhadap asimilasi
bahan-bahan gisi.
d. Udana
Tubuh
diatas pangkal tengorokan diatur oleh udana. Dengan demikian mata, hidung,
telinga, dan semua alat panca indera diaktifkan oleh prana ini. tanpa udana
kita tidak akan pernah mampu berpikir atau mengetahui dunia luar.
e. Vyana
Kekuatan
ini menyelimuti seluruh tubuh. Vyana mengatur dan mengandalikan semua gerakan
tubuh dan menyelarasaskan kekuatan vital lainya. Vyana menyerasikan dan
mengaktifkan semua anggota badan, otot-ototnya yang luar biasa, jaringan
pengikat, syaraf, dan persendian. Kekuatan ini juga bertanggung jawab terhadap
sikap badan yang tegak.
(Sarasvati,
Svami Satyananda. 2002. Asana, Pranayama, Mudra, Bandha. Surabaya. Paramitha)
Tuntunan umum untuk pranayama
a. Pranayama
harus dilakukan di tempat yang bersih, bebas dari polusi, tidak ada bau yang
menyengat, dan cukup ada udara yang berhembus.
b. Waktu
terbaik pukul 04.00 pagi hari dan sore pada pukul 18.00 Wita.
c. Pranayama
harus dilakukan pada saat perut kosong, dan 10 menit sesudah latihan minumlah
segelas air putih.
d. Makanlah
makanan yang bersih atau satwika yaitu makanan non daging atau ikan, seperti
buah-buahan, roti, sayuran dan susu, jangan yang pedas-pedas, bawang, miyak-miyakan,
daging, ikan, alkhol dan rokok.
e. Tunggu
setengah jam sesudah pranayama baru boleh mandi
f. Ulangi
Om atau Gayatri dalam pikiran pada saat menarik, menahan, dan menghembuskan
nafas, rasakan sifat-sifat satwam, jujur, bijak, belas kasihan, sabar, suka
mengampuni meresapi batin dan sekujur tubuh pada saat menari nafas. Keluarkan
dengan hembusan segala sifat-sifat jahat, buruk, nafsu serakah, loba, pemarah,
malas, egoistis, dan lain sebagainya tersapu keluar. kita harus merasakan
kekuatan sinar suci Hyang Widhi meresapi seluruh tubuh sampai merasa tubuh kita
terang benderang olehnya. Hentika segera bila sudah terasa payah olehnya.
g. Perbandingan
antara menarik, menahan, dan menghembuskan nafas adalah 1 : 4 : 2
denganhitungan 1 Om menarik nafas, 4 Om menahan nafas, 2 Om menghembuskan
nafas. Tiap minggu dapat dilipatkan menjadi 2 : 8 : 4 lalu 3 : 12 : 6 dan
seterusnya sampai maksimum 16 : 64 : 32. Untuk menghitung Om pakailah alat
bantu berupa Genitri.
Manfaatnya
adalah memberikan ketenangan dan ketentraman. Semua alur prana dibersihkan dari
berbagai rintangan. Aliran prana dalam ida dan pingala nadi disamakan.
Jaringandarah dibersihkan dari berbagai racun. Seluruh tubuh di pelihara oleh
persediaan oksigen tambahan, dan karbon dioksida dikeluarkan sevara efisien. Akibatnya
secara keseluruhan merupakan suatu kemajuan yang luas dalam kesehatan. Dengan
membersihkan sel-sel otak, pusat-pusat otak dirangsang untuk bekerja lebih
dekat pada kekuatan optimalnya dan semua udara yang pengap dikeluarkan dari
paru-paru.
(Bhasma,
Ida Bagus Putu. 1993. Modul Yoga.
Jakarta.)
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan uaraikan
bahasan di depan telah di kemukakan di depan, dapat di simpulkan sebagai
berikut:
1. Ajaran Hatha Yoga di turunkan oleh sang hyang siwa kepada
Dewi Parwthi yang bertujuan untuk mencapai kesehatan fisik dan mental yang
tinggi, dengan cara memiliki organ-organ tubuh dan pernafasan, mengajarkan
cara-cara menggabungkan Prana dan Apana ( bulan dan matahari ) dengan jalan
mengatur nafas. Hatha Yoga merupakan Sadhana atau Krya Yoga, menjadi dasar-
dasar utama untuk meningkatkan pelaksanaan Raja Yoga, melepaskan gangguan
pengaruh busuk dari hawa nafsu dalam usaha mencapai samadhi. Krya Yoga adalah
perwujudan daripada Mati Raga, melalui tindakan puasa, bertapa dan berbhakti
kepada Tuhan.
2. Bagian- bagian Hatha Yoga: Yama, Nyama, Asanas dan
Pranayamadalam prakteknya dilakukan dengan bijaksana dan bertingkat-tingkat
atau tahap demi tahap setelah dikuasai semuanya dapat dilakukan dengan cara
menggabungkan bagian-bagian tersebut. bagaian-bagian Mudras dan Bandhas, Shat
karmas atau Shat Kryas berfungsi untuk membersihkan organ –organ tubuh tertentu
dan uraturat yang halus. Untuk memperlancar jalannya Kundalini Shakti naik dari
Muladhara Cakra ke Ciwadwara di pusat otak.
3.2 Saran
Dalam penulisan
makalah ini kami penulis menyarankan kepada semua pihak agars selalu menerapkan
ajaran Yoga sebagai jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan.
DAFTAR
PUSTAKA
Jendra,
I Wayan. 2006. Samadhi Hening tanpa Kata.
Denpasar. Pustaka Bali Post.
Putu
Suambawa, Ida Bagus. 2003. Dasar-Dasar
filsafat Hindia. Denpasar. PT Mabhakti.
Pusat
Dokumentasi Kebudayaan Bali. 2006. Siwa
Tattwa. Denpasar. Upada Sastra
Svami
Sivananda. 2006. Java Yoga.
(Penerjemah: I Made Aripta Wibawa). Denpasar.
Paramita
Bhasma,
Ida Bagus Putu. 1993. Modul Yoga.
Jakarta
Sarasvati,
Svami Satyananda. 2002. Asana, Pranayama,
Mudra, Bandha. Surabaya. Paramitha
Pasraman
Yogadhi Paramaguhya. 2008. Tuntunan
Praktis Meditasi Taksu. Gianyar.
Gandapura
Penerjemah
: I.G.A.G. Putra. 1998. Wrhaspati Tattwa.
Surabaya. Paramitha)
Buntoro,
Retno S. 1999. Meditasi. Surabaya.
Paramitha.
G.
Pudja. 2004. Bhagawad Gita. Surabaya.
Paramitha.
No comments:
Post a Comment